RENGEL
seputartuban.com – Meski rumahnya terendam banjir, tidak menyurutkan niat siswa di Kecamatan Rengel bolos sekolah. Jalan desa yang tidak dapat dilalui lagi hingga membuat mereka harus naik perahu saat berangkat sekolah, nampaknya hanya sebagai tantangan saja yang selalu dikalahkan tiap berangkat sekolah.

Para siswa asal Desa Sawahan, Desa Kanorejo, Desa Karangasem, dan Desa Karangtinoto, Kecamatan Rengel semangatnya tetap membara untuk bersekolah. Walapun keberangkatanya ke sekolah tidak semudah saat hari biasa, yang rumah dan jalanya tidak terendam banjir luapan sungai bengawan solo.
Sinta Nur Salsa Bela (13), salah satu siswi kelas IX SMPN I Rengel ini contohnya, jika hari hari biasa ia hanya membutuhkan waktu 35 hingga 40 menit menggunakan sepeda pancal untuk menuju sekolah. Kini ia membutuhkan waktu 1 jam 20 menit untuk tiba disekolahnya. “Berangkat jam 05.00 WIB dari rumah, nunggu dijemput perahu. kan perahunya cuman 1. Kalau berangkat dari rumah jam 06.00 WIB takut telat sampai sekolahnya,” terangnya. Kamis (30/11/2016) siang.
Saat banjir juga mempengaruhi biaya kesekolah menjadi mahal. Jika pada hari biasa, dia hanya diberi uang saku Rp. 5,000. Namun kondisi banjir, dia harus meminta uang Rp. 10,000 sekali berangkat. Karena Rp. 6,000 digunakan untuk ongkos naik perahu berangkat dan pulang, sedangkan Rp. 4,000 sisanya dipakai jajan di sekolah.
“Banjir mulai masuk kerumah sejak tanggal 27 malam, sorenya sempat surut sedikit. Tapi tanggal 28 sudah naik lagi, naiknya cepat,” katanya.
Dia dan pelajar lainya harus tetap berangkat sekolah meski kondisi banjir, karena tempat pendidikan dia dan siswa lainya tidak kebanjiran. Karena letak sekolah berada di kawasan lebih tinggi jauh dari banjir. Ketia bolos sekolah, dipastikan akan ketinggalan pelajaran, sehingga masuk sekolah tetap diperjuangkan ditengah kondisi banjir. ARIF AHMAD AKBAR