TUBAN
seputartuban.com – Seorang santriwati sebuah Pondok Pesantren dikawasan Kabupaten Lamongan, menjadi korban penculikan. Diduga kawanan ini merupakan jaringan traficking yang diduga akan dijual dikawasan Surabaya.
Vivin Nuraini (18), warga Dusun Kiring, Kelurahan Gedong ombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, menjadi korban penculikan. Kepada wartawan yang berkunjung dirumahnya menceritakan bahwa perisitiwa ini bermula saat dirinya akan pergi ke Ponpes di Lamongan pada Senin (04/03/2013) sekitar pukul 10. 00 WIB dengan menggunakan jasa angkutan umum.
Setelah naik angkot jurusan Tuban – Paciran (Lamongan), korban diturunkan di Wilayah Blimbing (Lamongan). Lalu dirinya melanjutkan perjalananya dengan naik angkot jurusan Blimbing menuju Paciran, Lamongan. Namun anehnya, korban di angkot tersebut menjadi satu-satunya penumpang.
Selama perjalanan pintu dan kaca angkot juga tertutup rapat. Sehingga dirinya korban tidak tahu kondisi sekitarnya, dan tidak dapat berbuat banyak karena selain tertutup juga dikunci. Kemudian korban penculikan ini dipindahkan lagi ke mobil jenis Jeep katana. Di sebuah kawasan hutan wilayah Kabupaten Gresik.
Selama di mobil Katana, sekitar sehari semalam korban disekap oleh tiga orang. Yakni 2 laki-laki dan 1 perempuan. Dan mereka terlibat pembicaraan melalui ponsel bahwa akan menerima imbalan uang. Dari pembeli gadis yang ada di Surabaya.
Dan beruntung, korban berhasil meloloskan diri dari sekapan. Setelah para pelaku lengah saat meninggalkan korban. Dengan mencongkel pintu mobil.
Kemudian korban lari kejalan raya dikawasan yang dekat denga area persawahan. Lalu dirinya naik angkutan umum jurusan Kradenan, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. “setelah sampai di Kradenan saya minta tolong warga, dan saya kemudian diantarkan pulang,” ungkapnya.
Korban kemudian di tolong oleh warga Desa Kradenan, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Lalu di antar pulang ke rumah keluarganya, selasa (05/03/2013). Parahnya lagi, korban sudah dua kali menjadi korban penculikan. Yang pertama dua bulan lalu, korban pernah digendam oleh pelaku penculikan.
”‘saya tidak tahu sekitar saya, dan saya kabur setelah di Katana itu saya congkel pintunya. Dari telponya mereka (pelaku) seperti mau menjual saya, lalu akan mendapatkan bayaran dari orang yang ada di Surabaya,” jelasnya.
Hingga saat ini korban mengaku masih shock dan trauma akan kejadian yang baru saja dialaminya. Dan rencananya keluarga korban akan melaporkan kejadian ini ke polisi.
Diketahui, selama disekap dompet korban hilang, diduga diambil pelaku. Namun uangnya tidak diambil. Diperkirakan identitas korban dijadikan bukti kepada pembeli gadis untuk meminta imbalan. (pito)