JENU
seputartuban.com – Akibat kelangkaan pupuk, sebagian petani menggunakan pupuk buatan agar tidak merugi besar saat panen. Karena tanamanya menjadi kerdil bahkan terancam gagal panen, karena kekurangan pupuk.

Seperti yang dilakukan Abdul Wahid (50), warga Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Kepada seputartuban.com, Selasa (19/11/2013), mengatakan 3 hektar sawahnya sudah ditanami padi, dan berusia 3 minggu. Seharusnya setiap 1 Ha lahannya diberi pupuk urea 200 Kg dicampur pupuk phonska 300 Kg dan pupuk organik 500 Kg.
Dikarenakan pupuk yang akan digunakannya tidak diperolehnya saat membeli di kios resmi. Maka dia harus memutar otak agar tetap dapat memupuk tanamanya. Sehingga membuat pupuk buatan, agar padinya tetap dapat tumbuh baik.
Pupuk buatan sendiri Abdul Wahid adalah dari arang sekam. Pupuk ini sangat mudah pembuatannya. Sekam atau kulit padi yang kasar dibakar sampai hangus. Selanjutnya diberi pupuk cair sampai merata dan dikeringkan. Kemudian pupuk ditaburkan ke sawahnya, agar cepat merata hingga dalam tanah. Sehingga akan membuat tekstur tanah menjadi gembur dan cepat diserap tanaman.
Bapak 5 anak itu juga menceritakan keunggulan pupuk buatannya. Meski tidak sama dengan pupuk pabrikan, namun setidaknya dapat mengurangi kerusakan tanaman. “Saya buat sendiri pupuknya. Biasanya langsung saya tabur gitu saja. Untuk menggemburkan tanah, ” katanya.
Lebih Lanjut, Wahid mengatakan tanaman padinya sudah memasuki usia 2 bulan. Komposisinya dari pembakaran kotoran sapi, setelah mengering dicampur dengan limbah air gula aren atau batu dan diberi obat anti hama.
Jenis pupuk ini sering digunakan petani saat kelangkaan terjadi. Namun dewasa saat ini sudah jarang dipergunakan para petani. Karena proses pembuatan membutuhkan waktu lama. Sehingga banyak petani yang lebih memilih pupuk pabrik. “Ini digunakan saat masa tanam 2 bulan untuk padi. Adanya itu, untuk menyegarkan bunga dan batang padi agar kuat, ” lanjutnya. (han)