Dalang Wanita Bertahan Dipersimpangan Zaman

KEREK

seputartuban.com – Budaya warisan leluluhur mulai ditinggalkan masyarakat. Hal ini disebabkan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan pemerintah yang mulai melupakan identitas aslinya.

Dalang wanita Tuban
TERLUPAKAN : Nyi Yuni Lestari (45), Warga Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Dalang wanita satu-satunya di Tuban yang masih bertahan

Nyi Yuni Lestari (45), Warga Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, merupakan dalang perempuan satu-satunya di Bumi Ronggolawe. Sejak 1981 dia sudah mulai belajar menjadi dalang. Karena juga mewarisi ilmu dalang dari bapaknya, Ki Suwadi. Yang tenar pada tahun 1970-an.

Dalang memang profesi masyarakat umum, apalagi kaum hawa. Namun lantaran panggilan jiwa dan tauladan dari bapaknya. Nyi Yuni Lestari pada 1981 mulai belajar dalang.  “Saya hanya libur kalau malam rabu saja. Setiap hari belajar beberapa lakon sampai lakon pewayangan selesai, ” ujarnya, Minggu (14/07/2013).

Saat dirinya mulai mahir memainkan lakon pemayangan, banyak tawaran pentas diterimanya. Namun saat ini nampaknya mulai kurang diminati masyarakat. Sehingga juga berpengaruh, sedikitnya panggilan pentas yang diterimanya.

Sudah 3 tahun terakhir ini dirinya tidak lagi mendapat panggilan pentas. Sebelumnya, dia mendapatkan tawaran pementasan wayang untuk ruwatan. Biasanya dengan tarif harga berkisar antara Rp. 4,5 juta sampai Rp. 5 juta. Dalam sebulan dirinya bisa tampil 5 sampai 10 kali. Itupun tidak setiap bulan, karena untuk bulan tertentu bahkan tidak ada yang memanggil.

Meski sebelumnya sudah sering tampil, namun sampai saat ini belum mampu membeli alat pewayangan sendiri, Karena harganya mahal. Sehingga memilih menyewa alat pentas dari guru dalangnya.

Meski upayanya untuk tetap menjaga budaya warisan leluhur telah dilakukanya. Nampaknya hingga saat ini belum pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah. Terbukti belum pernah mendapat bantuan apapun.

Bahkan saat Pemerintah Daerah memiliki hajatan yang menggelar acara pewayangan. Justru lebih memilih mengundang dalang dari luar kota. Kondisi ini semakin membuat sang penjaga budaya ini makin mematikan potensi penjaga budaya lokal. “kita jalani saja apa yang ada ini. Kita sudah tahu juga kalau pemerintah punya acara pemayangan justru mengundang dalang dari luar,” tuturnya. (han)