KEREK
seputartuban.com – Seorang perempuan renta masih terus berjuang untuk hidupnya. Dengan jualan baju bekas keliling. Dia adalah Jinah (72) warga Dusun Kerek, Desa Margomulyo, RT. 07/ 02, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban.

Saat ditemui seputartuban.com, Sabtu (19/10/2013) dirumahnya, dia kini menempati rumah berukuran 5 Meter X 2 Meter di lahan tanah milik Tarmudi, tetangganya. Terlihat rumah berdinding anyaman bambu dan masih beralaskan tanah. Rumahnya hanya memiliki 2 lampu penerangan dibagain tengah dan dapur.
Kesehariannya dia hidup bersama kakak kandungnya yang bernama Dasirah (86). Dirumah pemberian orang lain. Dikarenakan sejak 30 tahun silam atau sejak suaminya meninggal dia tidak memiliki tempat tinggal.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari Mbah Jinah nama sapaannya, bekerja dengan berjualan baju bekas keliling. Mulai keluar rumah pada siang hari dia keliling desa tetangga. Tidak kurang dari 7 KM setiap hari dijalaninya demi menjajakan daganganya.

Dengan menggendong baju jualannya dia menawarkan baju bekas yang dijualnya. Setiap kerumunan warga, warung-warung dan jalan lingkungan dilaluinya. Bahkan setiap bertemu warga ditawarkan dagangannya itu. “Setiap hari menggendong barang 20 Kg. Di Desa Padasan, Karanglo, Kerek, ada yang 6 KM, sampai 7 KM, ” ucapnya dalam bahasa jawa.
Penghasilan yang dia dapatpun tidak seberapa, setiap potong baju, celana atau dagangannya hanya memperoleh untung sebesar Rp. 1.000. Setiap potong dia beli seharga Rp. 4.000 dan dijual hanya Rp. 5.000. Setiap 4 hari sekali dia membeli baju bekas di wilayah Kabupaten Tuban, bahkan tidak jarang harus ke Surabaya untuk dijual lagi.

Dalam sehari, mbah Jinah hanya mampu menjual antara 6 potong sampai 8 potong. Sehingga laba maksimal yang diperolehnya hanya sekitar Rp. 6.000 sampai Rp. 8.000. Hasil itu bagi Mbah Jinah sudah disyukurinya. Dikarenakan hanya pekerjaan itu yang selama ini bisa dilakukannya.
Sudah hampir 8 tahun pekerjaan itu tetap ditekuni. Namun juga menemui banyak batu sandungan. Karena dia hanya mampu mematok keuntungan Rp. 1.000 per-potong baju. Karena juga berlebihan, daganganya tidak laku. Selain itu terbatasnya modal, dia tidak bisa menambah jumlah daganganya. “Saya modal paling banyak Rp. 70 ribu. Itu untuk membeli pakaian sekali. Setiap beli itu minimal 10 potong. Yang paling laris celana biasanya,” lanjutnya.
Nampaknya hasil bekerjanya itu sangat kurang untuk mencukupi kebutuhannya. Alasannya, setiap hari dirinya harus membelanjakan kebutuhan sekitar Rp. 15 ribu. Demi memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan kakaknya tersebut. Untuk menambah penghasilan dirinya harus bekerja menjadi penjaga beras diacara hajatan warga. “Upahnya itu beras dan uang sekedarnya. Kalau sehari tidak bisa beli beras ya kadang dikasih tetangga,” tuturnya. (han)