Tetap Aksi Ditengah Hujan Lebat, Polisi dan Aktivis Basah Kuyup

TUBAN

Unjuk rasa hujan
SEMANGAT : Meski hujan mengguyur, aksi unjuk rasa aktivis SRMI tetap berlanjut

seputartuban.com – Belasan aktivis Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Tuban menggelar aksi demo di depan Mapolres Tuban, Kamis (23/05/2013). Ditengah-tengah aksi turun hujan lebat. Namun mereka tetap melanjutkan unjuk rasa. Hal ini membuat para aktivis dan Polisi yang berjaga sama-sama basah kuyup.

Aksi ini sebagai bentuk solidaritas penggusuran warga di Jakarta Timur. Dan penangkapan Ketua Umum SRMI oleh Polisi saat melakukan perlawanan ketika penggusuran dilakukan.

Dengan membawa poster yang bernadakan kecamanan. Aktivis SRMI melakukan aksi unjuk rasa di Mapolres Tuban. Untuk  mengecam aksi tindakan Polisi dalam penggusuran warga Srikadni, Jatinegara, Pulogadung Jaktim beberapa waktu lalu. Serta penangkapan Ketum SRMI Pusat, Wahida Baharuddin Upa saat membela warga dalam proses penggusuran.

Namun para aktivis ini tidak bisa masuk ke halaman Mapolres. Karena pintu gerbang ditutup dan dijaga ketat personil Polres Tuban. Sehingga mereka hanya melakukan orasi didepan Mapolres.

Unjuk rasa hujan.
SAMA BASAHNYA : Polisi harus berbasah-basahan karena para aktivis SRMI tetap unjuk rasa ditengah guyuran hujan

Saat aksi belum usia, tiba-tiba hujan lebar mengguyur. Nampaknya kondisi ini tidak membuat semangat para aktivis kendur. Karena mereka tetap melakukan aksi unjuk rasa ditengah guyuran hujan. Kondisi yang sama juga terjadi para personil Polres Tuban yang berjaga. Karena aktivis tetap aksi, merke ajuga harus tetap berjaga. Sehingga membuat mereka basah kuyup untuk mengamankan jalanya unjuk rasa.

Ketua DPK-SRMI Tuban, Alfian Rozaktana dalam orasinya meminta agar aparat kepolisian tidak menjadi pelayan bagi pemodal dan para investor. Yang hanya akan mengambil keuntungan dari bangsa ini. “Pengusuran warga Srikandi sebagai bukti mafia peradilan. Hukum dan kekuasaan justru hanya pelayan bagi pemodal” ungkapnya.

Meskipun diguyur hujan, tidak menyusutkan para pendemo untuk menyuarakan aspirasinya. Ditengah-tengah guyuran hujan mereka tetap berada didepan pintu masuk Mapolres Tuban. mereka meminta agar Kapolres Tuban mendukung tuntutan mereka.

“Kami berharap Polres Tuban mendukung tuntutan kami, yaitu dilaksanakannya pasal 33 UUD 1945, undang-undang pokok agraria nomor 5 tahun 1960. Dihentikannya penggusuran diseluruh daerah yang ada di Indonesia. Dihentikannya intimidasi, kekerasan, dan premasnisme terhadap perjuangan rakyat,” kata Alfian.

Selain itu, mereka juga mengecam tindakan pemerintah yang selalu mementingkan kepentingan pemodal dari pada kepentingan rakyatnya. Mereka juga menganggap pemerintah sudah melanggar amanat undang-undang.

Hingga sekitar pukul 15.00 WIB para aktivis tidak ditemui perwakilan Polres Tuban. Sehingga para pendemo merasa kesal. Dan meluapkan kekesalannya dengan melemparkan telur ke dalam Mapolres Tuban. Tidak lama kemudian karena tetap tidak ditemui perwakilan Polres Tuban, mereka membubarkan diri. “Mari kita lemparkan telur busuk ini, kita sangat kecewa terhadap aparat kepolisian di Tuban yang tidak mau mendukung tuntutan kita,” ungkap Alfian Kecewa. (muh)