Dollar Amerika Bukan “Dewa” Bagi Warga Tuban

TUBAN

BIASA SAJA: Salah satu gerai penukaran valas di Jalan Basuki Rahmad Tuban, Kamis (12/03/2015) pagi.
BIASA SAJA: Salah satu gerai penukaran valas di Jalan Basuki Rahmad Tuban, Kamis (12/03/2015) pagi.

seputartuban.com-Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) yang terus melemah memang sempat bikin was-was pelaku ekonomi nasional. Namun kondisi psikologi ini berbanding terbalik dengan komunitas usaha di Kabupaten Tuban.

Artinya, rupiah yang hari ini menguat tipis pada angka Rp 13.182 per USD dari sebelumnya  Rp 13.192 per USD, sama sekali tidak berdampak apapun bagi masyarakat Tuban.

Penegasan ini disampaikan Andi, salah satu pegiat jasa penukaran uang asing (money changer) yang membuka galeri di Jalan Basuki Ramhad Tuban.

Menurut dia, kenaikan USD terhadap rupiah nyaris tidak berpengaruh  bagi masyarakat Tuban. Sebab, secara reguler tidak banyak warga di Bumi Ronggolawe yang membeli USD kecuali pada momentum lebaran, natal serta tahun baru.

“Itu pun sangat jarang (USD). Paling banyak mereka menukar Ringgit Malaysia. Rata-rata mereka mendapat kiriman keluarga mereka yang menjadi TKI di Malaysia,” ujar Andi, Kamis (12/03/2015) pagi.

Dia menyebut, selama 15 tahun terakhir masyarakat Tuban apatis terhadap kenaikan mata uang tertentu.

Sementara pelaku penukaran valas lainnya Nonik di Jalan KH Mustain Tuban, cueknya warga terhadap fluktuasi mata uang asing, terutama USD.

Kkarena masyarakat di Bumi Ronggolawe jarang yang memiliki dollar Amerika. Baik itu dalam bentuk tabungan maupun kiriman.

“Tuban ini kan kota kecil, lain kalo di kota besar. Jadi jarang ada yang paham kenaikan dollar dan sebagainya. Bahkan mungkin banyak yang tidak tahu mengenai itu,” sambung dia ditemui terpisah.

Dia menjelaskan, jika ada yang menukarkan USD itu pun terbatas beberapa warga asing yang bekerja di TUban.

“Ada beberapa warga asing yang bekerja di PLTU dan perusahaan besar di Tuban yang menukarkan dollarnya. Tapi bukan bertepatan saat dollar naik. Mereka menukar jika butuh saja,” ungkap dia.

Seperti halnya Andi, Nonik juga menuturkan bahwa masyarakat Tuban kebanyakan bekerja di Malayasia menajdi TKI. Maka wajar jika kemudian traffic penukaran valas didominasi Ringgit Malaysia. WANTI TRI APRILIANA