SOKO

seputartuban.com–Ada peristiwa menggelikan dan konyol di tengah peristiwa aksi unjuk rasa yang digelar Forum Karang Taruna Kecamatan Soko, Rabu (19/11/2014) siang.
Ini setelah Camat Soko, Muji Slamet, marah-marah dan berusaha membubarkan massa yang akan menggelar unjuk rasa di kantor PT Gasuma Federal Indonesia di Desa Rahayu, tak jauh dari kilang minyak yang dioperatori Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ).
Emosi Camat Soko itu muntab ternyata bukan lantaran aksi demo menyoal dana tanggungjawab sosial (CSR) dan tata pengelolaan lingkungan oleh PT Gasuma yang dianggap kabur itu tidak prosedural. Sebab, sebelum melakukan aksinya, Forum Karang Taruna telah menyampaikan pemberitahuan kepada Polsek Soko.
Telisik punya telisik, Camat Soko itu marah-marah karena merasa sebagai “bapak”-nya Karang Taruna tidak diajak rembukan. Intinya, selaku Camat Soko, Muji Slamet merasa dilangkahi oleh anak-anak muda Kecamatan Soko yang telah mendedikasikan diri sebagai anggota Karang Taruna.
“Ini sudah tidak menghargai kami sebagai bapaknya. Masak berlaku seenaknya saja tanpa memberikan pemberitahuan. Atau setidaknya mengajak kami untuk berdiskusi terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan (demo),” kata dia panjang lebar di tengah massa Karang Taruna yang berorasi di kantor PT Gasuma Federal Indonesia di Desa Rahayu.

Namun begitu, Camat Muji Slamet menyatakan tidak ada upaya menghalang-halangi warganya menyampaikan pendapat. Hanya saja, Camat Soko tersebut menyarankan agar anak-anak Karang Taruna tidak melakukan demo di kantor PT Gasuma.
“Silahkan menyampaikan aspirasi, tapi jangan masuk areal PT Gasuma,” tegas Camat Soko Muji Slamet di tengah kerumunan massa yang berjumlah belasan tersebut.
Kena semprot seperti itu , kontan membuat koordinator aksi Akhmad Fauzi mengubah skema demo. Karena dilarang masuk areal kantor PT Gasuma, massa Karang Taruna akhirnya memilih berorasi di perempatan jalan Desa Rahayu yang jaraknya sekitar 500 meter dari base camp badan usaha pengelola gas di central procesing area (CPA) JOB PPEJ tersebut.
Sementara dalam orasinya, pengunjuk rasa menuntut agar pengelolaan CSR tidak tebang pilih.
“Tidak ada desa yang dianak emaskan dan dianak tirikan. Tidak cuma desa sekitar pabrik. Artinya, sama rata dan sama rasa,” teriak pengunjuk rasa.
Selain itu, massa Karang Taruna meminta kepada perusahaan segera membuat baberzone (batas wilayah perumahan di sekitar perusahaan), matikan flair waktu malam hari dan secepatnya melakukan penghijauan di sekitar perusahaan.
“Adakan pelatihan skill utuk generasi muda, terapkan CSR sesuai undang-undang nomor 22 tahun 2001,” tandas Akhmad Fauzi sesaat sebelum aksi berakhir. ARIF AHMAD AKBAR
Camat merupakan contoh birokrat penjilat kapitalis,dri awal gasuma memang mjdi mslah dri perijinan,gas yg meracuni masy sampai pendirianya tdak ada sosiliasi selama ini yg pling terdampak adl rakyat di sekitar nya,masalah tranparansi bkan hanya csr,namun jga tenaga kerja,rakyat tdak pernh diuntungkan pling2 yg pling di untungkan pra birokrat seperti lurah,camat dan pejabat2 diatasnya.