TUBAN
seputartuban.com – Puluhan warga berebut tumpeng nasi di Klentheng Tjoe Ling Kiong, Rabu (21/08/2013) siang.

Dalam ritual rebutan nasi ini sebagai tradisi yang menyimbol warisan leluhur. Dengan bersedekah membagikan nasi kepada sesama. Selain itu, tradisi berebut tumpeng merupakan bentuk menghormati arwah leluhur mereka. Tanda, kemakmuran dan ketulusan dan persaudaraan.
Tradisi yang dilakukan setiap tahun ini diawali dengan prosesi sembahyang. 400 warga konghuchu bersimpuh sambil memanjat doa. Sembahyang merupakan ritual ajaran dalam menghormati arwah leluhur yang sudah tidak terawat, atau sudah tidak pernah disembahyangi oleh pewarisnya. Selain itu mereka juga berdo’a agar selalu diberikan limpahan kemakmuran.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan membacakan berbagai perihal tentang harapan dan keingian setiap warga. Yang dibacakan oleh ketua atau tetua adat Konhucu. Hal ini dimaksudka agar setiap sedekah dan tumpeng bisa membawa kemakmuran dan menjaga penyumbangnya dari petaka. Nasi dan jajanan atau tumpeng berisi segala jenis makanan pokok beserta lauk pauknya.
Ritual berebut nasi tumpeng merupakan pertanda akan datangnya kemakmuran. Puluhan warga yang datang dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Tuban, turut serta dalam proses perebutan sesajen itu. Ada yang membawa karung untuk wadah tumpeng dan nasi. Banyak juga yang hanya berbekal kantong plastik, sehingga terlihat warga mengumpulkan nasi.
Ketua Umum Klenteng Tjoe Ling Kiong, Gunawan Putra Wirawan saat dikonfirmasi seputartuban.com mengatakan bahwa kegiatan berebut nasi dan sembahyang ini merupakan kegiatan ibadah tahunan setiap tanggal 15 China atau setiap pertengahan Juli.
“Tujuan prosesi dalam tradisi ini untuk arwah yang tidak terawat oleh keluarga yang tidak sembahyang. Kita lakukan sesuai jadwal keamanan, karena menghadapi Pilgub. Kita juga mementingkan keamanan lingkungan dan petugas jaga,” ungkapnya. (han)