seputartuban.com, KEREK – Tiap kali musim hujan jalan raya Kerek-Montong tepatnya di kawasan Desa Margomulyo berubah jadi sungai. Bahkan air yang ada disaluran meluap ke jalan dan membuat pengguna jalan yang melintas harus berhati-hati. Seperti halnya yang terjadi beberapa Kamis (16/2/2017), tiap kali hujan jalan sepanjang kurang lebih 1 kilo meter berubah layaknya sebuah sungai.
Camat Kerek, Rohman Ubaid mengatakan bahwa kejadian tersebut sudah terjadi sejak 2 tahun yang lalu. Pihaknya juga sudah mengusulkan ke Pemkab Tuban, namun hingga saat ini belum ada realisasi. “Kejadian ini sudah berlangsung 2 tahun yang lalu dan sudah kita usulkan ke Pemkab,” kata Camat.
Normalisasi saluran itu sudah masuk dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) dan masuk usulan Prioritas APBD untuk pelebaran dan pendalaman Trotoar. namun nyatanya masih ditunda pelaksanaannya. “Tahun ini kita hanya mendapat bantuan pengerukan saluran yang dilakukan secara manual,” sambungnya.
Masih menurut Camat Kerek, alasan dari Dinas PU dan Penataan Ruang karena kondisi saluran air tersebut belum memenuhi syarat untuk dilakukan pembongkaran. sebab kondisi trotoar masih cukup bagus. Serta tahun lalu sudah dilakukan pelebaran dan pendalaman saluran disebelah utara atau dekat sungai bulat. Hal itu, untuk mempercepat arus yang berasal dari Desa Margomulyo.
Kondisi drainase mengalami pendangkalan karena menumpuknya sampah. Bahkan tahun lalu sudah dilakukan gotong royong masyarakat untuk melakukan pembersihan. Mulai dari depan Masjid Margomulyo sampai kawasan Pasar.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tuban, Choliq Qunnasich mengatakan normalisasi saluran air sebenarnya sudah dianggarkan dalam APBD 2016. Namun karena ada pengurangan anggaran, maka pelaksanaan proyeknya ditunda. Bahkan normalisasi drainase juga tidak menjadi solusi utama, karena debit air yang cukup banyak tidak mampu ditampung saluran air yang sudah ada. “Kita akan masukkan dalam prioritas di PAK, sebab perlu adanya pembangunan saluran yang belum permanen itu,” jelas Choliq.
Choliq menambahkan bahwa pembangunan saluran tersebut butuh waktu yang panjang agar hasilnya benar-benar maksimal. Selama belum dilakukan pembangunan saluran secara permanen, maka masalah itu tidak akan selesai. MUHLISHIN
Numpang usul..banyak kawasan pemukiman yg saluran air limbah rumah tangganya berakhir ditanah kosong, khususnya kawasan perkotaan, untuk itu perlu penataan sehingga saluran dimaksud berakhir di sungai, kalau perlu dikenakan retribusi utk penataan tersebut, seperti yg berlaku di kota2 besar, di bandung dikenakan retribusi 5.000/bulan/saluran