Perayaan ulang tahun ternyata tidak hanya monopoli anak manusia saja. Sebuah fakta budaya yang nyaris luput dari catatan ini ternyata sudah berlangsung dari tahun ke tahun di Kabupaten Tuban. Yakni ritual ulang tahun ternak sapi. Seperti apa?

TUBAN
seputartuban.com-Ini mungkin aneh. Tapi begitulah yang dilakukan para pemilik ternak sapi di Dusun Dlupang, Desa Tegalagung di Kecamatan Semanding. Telisik punya telisik, konon tradisi ulang tahun sapi ini telah dilakukan sejak perdikan bernama Tuban itu ada. Atau boleh bilang seumur peradaban manusia di Bumi Wali itu sendiri.
Sejak kapan persisnya tidak ada yang bisa mendiskripsikannya secara tepat. Namun dari sejarah lisan yang berhasil yang dicumbui seputartuban.com, ritual ulang tahun sapi tersebut telah tejadi bersamaan dengan hewan pekerja ini, menjadi patner petani menaklukkan hidup. Mengolah tanah dan pekerjaan lainnya.
Bagi sebagian warga Tuban, merayakan ulang tahun sapi adalah hal penting yang “wajib” digelar setiap tahunnya. Tradisi Leluhur warga Masyarakat Tuban ratusan tahun silam ini, di yakini bisa membawa berkah baik bagi sapi, maupun pemiliknya. Dari ritual tahunan ini para pemilik ternak sapi ini pun berharap sapi-sapinya bisa beranak banyak, berkembang biak serta tidak ada penyakit yang bisa menghambat perkembangannya.
Meski begitu, perayaan ulang tahun sapi tersebut digelar warga Dusun Dlupang secara sederhana. Setiap warga yang mempunyai sapi secara bergilir dari satu rumah ke rumah mengggelar selamatan. Berdoa bersama demi keselamatan sapi sapinya.
“Sebenarnya tradisi ini sudah berlangsung turun temurun. Berharap dapat barokah saja. Sapi-sapi itu kan selama ini sudah jadi “mesin” sekaligus teman kami para petani,” ungkap seorang pemilik sapi sesaat setelah menutup doa pamungkas.
Sementara menu yang disajikan dalam selamatan itu adalah kuliner tradisional Jawa yaitu ketupat, lepet, sayur atau lodeh dan berbagai makanan tradisional lainnya. Menu serupa juga disajikan setiap rumah warga yang menggelar acara ulang tahun sapi.
Jika anak manusia merayakan ulang tahunnya berdasar tanggal kelahiran, berbeda dengan hitungan kapan ulang tahun sapi-sapi tersebut harus dirayakan. Hitungan yang digunakan setiap tahunnya yakni jatuh hari Jumat Pahing pada penanggalan bulan Jumadil Akhir.
Saat ritual ketupat berbentuk kubus dan limas, lalu di kalungkan ke leher sapi. Tak jarang ketupat ini juga dimakan oleh sapi. Jika ini terjadi warga percaya pasti akan membawa berkah tersendiri. Karena tidak semua sapi mau makan ketupat itu sendiri.
“Salah satunya bila dijual akan laku dengan harga tinggi, dan sapi tersebut bisa beranak banyak,”imbuh warga Dlupang lainnya.
Sebelum acara kenduri dimulai, ketupat-ketupat ini diletakkan di antara empat tiang kandang sapi dari empat penjuru angin mulai timur, barat, utara dan selatan.
Setelah kenduri dan doa selesai di panjatkan oleh sejumlah warga, ketupat yang dipasang di tiang kandang sapi pun di gaok dadung wawuk atau diambil oleh penggembala sapi untuk melengkapi ritual ulang tahun. Prosesi ini diharapkan juga akan membawa berkah bagi para penggembalanya.
Menariknya, meski kekayaan budaya ini terpental dari agenda seni tahunan Pemkab Tubang pada setiap hari jadinya, tapi hingga saat ini tradisi itu masih terjaga di tengah modernitas dan kecanggihan teknologi. Tradisi ini sekaligus menguatkan bukti ajaran teologi paling dasar yakni mensyukuri apa adanya itu nikmat. WIBAWANTO