seputartuban.com, SOKO – Keberadaan pengrajin dompet kulit di Desa Kenongosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban nampaknya masih butuh dikembangkan. Potensi para pengrajin hingga saat ini masih belum dikembangkan secara maksimal. Karena sebagian besar masih menggantungkan pesanan dari perusahaan rekanan dengan harga lebih murah dibanding harga jual sebenarnya.
Menurut salah satu pengrajin muda, Hadi Priyanto (23), mengungkapkan banyak potensi yang sebenarnya dapat dikembangkan. Misalkan menguatkan kemandirian pengrajin, memperbanyak variasi produk dan memperkuat pemasaran secara mandiri. “Sebenarnya brand sudah punya, tapi kita banyak kendala pemasaran termasuk juga modal,” katanya.
Mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Surabaya yang tinggal diwisuda itu mencontohkan, variasi yang dapat dilakukan adalah variasi produk dompet dengan tematik. Dompet bergambar atau bertuliskan khas Tuban atau komunitas secara full colour. “Itu alat printingnya belum punya. Kalau itu dilakukan jelas akan mempermudah pemasaran sekaligus sebagai ajang promosi daerah. Misalkan gambar lokasi wisata di Tuban atau hal lain yang khas,” jelasnya.
Potensi lainya adalah kepedulian perusahaan besar di Tuban. Oleh-oleh khas perusahaan dapat membeli produk lokal dengan dibuat logo perusahaan pemesan. “Itu juga sangat perlu. Karena menjadi banyak manfaatnya. Ya selain membantu masyarakat juga meningkatkan perekonomian Tuban secara umum,” tuturnya.
Kapasitas produksi saat ini tiap orang dengan model dompet yang ringan dapat menghasilkan 240 dompet dalam 2 minggu. Kalau model rumit dalam jumlah yang sama dapat diproduksi dalam waktu 3 Minggu. “Kita sedang upaya kembangkan bentuk produk selain dompet. Diantaranya sarung HP, tas pria dan wanita semuanya kulit asli kualitas medium sampai premium. Soal kualitas kita jamin tidak beda dengan produk ternama,” tegasnya.
Diketahui, di Desa Kenongosari saat ini terdapat sekitar 40 orang lebih. Dengan produksi dompet berbasis rumahan. Mereka bekerja dengan sistem kerjasama dengan perusahaan diluar Tuban. Pengrajin diberi bahan baku, saat dompet sudah jadi dibeli lagi perusahaan tersebut dengan sistem honor borongan. ‘Ini potensi besar dan butuh perhatian serius dari para pihak terkait,” harapnya. NAL