Wartono, lelaki 55 tahun asal Desa Tengger, Kecamatan Kerek ini, tergolong pembunuh berdarah dingin. Usai membunuh menantunya sendiri Dimas Joyo Mulyono alias Pathok, Selasa (30/06/2015) petang, dengan gagah berani dia menjilati sisa darah yang melumuri pedang pembawa maut itu.
seputartuban.com-Penggalan sisi heroik lelaki yang umurnya sudah merambat senja itu terungkap saat melakukan reka ulang yang digelar di halaman belakang Mapolres Tuban, Kamis (23/07/2015) siang.
Yang menarik, bukan bagaimana petani punggung bukit Dusun Tengger tersebut merekonstruksi 19 adegan yang akhirnya membuat menantu berumur 24 tahun dan telah memberinya satu cucu tersebut meregang nyawa.
Tapi, adalah adegan ketika bagaimana dengan jantan Wartono menjilat sisa darah menantunya sendiri yang masih membasahi pedang di tangannya.
Adegan itu sendiri, kata Kasat Reskrim Polres Tuban AKP Suharyono, selain tidak muncul dalam berita acara pemeriksaan (BAP) terhadap tersangka, sekaligus mengungkap sisi misteri ritual “minum” darah berikut motivasinya.
“Dari pengakuan tersangka, hal itu dilakukan agar dia tidak dihantui arwah korban,” kata Suharyono saat ditemui di Mapolres Tuban, Jumat (24/07/2015) siang.
Dalam rekontruksi itu, tersangka memerankan 19 adengan termasuk usai menebaskan pedangnya ke leher korban dan kemudian langsung menjilati pedang yang masih basah oleh darah dengan jantan.
“Ada pengembangan dari rekontruksi yang pada saat pemeriksaan belum terungkap. Yaitu menjilat darah korban yang ada di pedangnya usai membantai menantunya,” imbuh dia seraya menjelaskan alasan dilaksanakannya rekontruksi di halaman belakang mapolres semata karena faktor keamanan tersangka.
Dalam rekontruksi tersebut terungkap, selasa petang akhir Juni lalu sekitar pukul 17.00 wib mendadak istri tersangka dipukul oleh korban. Mendengar teriakan istrinya minta tolong Wartono segera bergegas sembari menenteng pedang di tangannya.
Melihat istrinya dipukul, kontan tersangka naik pitam dan langsung menebaskan pedang yang dibawanya ke arah kepala korban. Melihat korbannya masih hidup, tersangka menebaskan lagi pedangnya mengenai teliga kanan dan kepala korban.
Karena takut korbannya masih hidup, yang terakhir pedang itu ditebaskan mengenai lehernya. Setelah dipastikan korbannya tewas Wartono kemudian mendatangi rumah Kepala Desa Tengger. Dia minta diantar ke Polsek Kerek untuk menyerahkan diri.
Sebelum berangkat ke Polsek Kerek bahkan dia minta minta kepala dusun setempat untuk menjenguk menantunya apakah sudah tewas atau masih sekarat.
Diberitakan sebelumnya, kesal selalu diancam menantunya, Wartono membantai menantunya Dimas Joyo Mulyono yang tinggal serumah hingga tewas berdarah-darah.
Selasa (30/06/2015) pukul 17.00 wib, menjadi jalan terakhir bagi Dimas karena dibacok mertuanya. Kejadian bermula saat korban sedang membuat sekat rumah.
Korban yang masih numpang mertuanya menyekatnya. Sisi depan akan ditempati dia bersama istrinya, sedangkanbagian belakang ditempati mertuanya.
Pengakuan tersangka di Mapolres Tuban, anaknya dinikahi korban setahun lalu. Dia selalu mendapat ancaman akan dibunuh karena berbagai sebab. Saat kejadian bermula ketika korban ditegur tersangka.
Teguran itu berujung pertengkaran hingga korban mengancam akan membunuh tersangka. “Kalau tidak saya bunuh dulu, saya yang mau dibunuh. Setiap hari selalu mengancam ingin membunuh saya,” ungkap Wartono. MUHLISHIN