Mencumbui Sejarah Sains dan Seni di Museum Kambang Putih

TUBAN

MAKIN DIMINATI: Kambang Putih sebagai simbol seni dan ilmu pengetahuan, belakangan telah menjadi tempat yang romantis untuk mencumbui sejarah masa lalu.
MAKIN DIMINATI: Kambang Putih sebagai simbol seni dan ilmu pengetahuan, belakangan telah menjadi tempat yang romantis untuk mencumbui sejarah masa lalu.
SANTI PUJI RAHAYU: Sebenarnya sih kalau dikatakan sepi atau ramai itu variatif. Tergantung momen dan harinya. SANTI PUJI RAHAYU: Sebenarnya sih kalau dikatakan sepi atau ramai itu variatif. Tergantung momen dan harinya.
SANTI PUJI RAHAYU: Sebenarnya sih kalau dikatakan sepi atau ramai itu variatif. Tergantung momen dan harinya.

seputartuban.com– Keberadaan Museum Kambang Putih di Jalan RA Kartini n omor 3 Tuban ternyata tak sia-sia, dan terus bergerak dinamis untuk kebutuhan studi, pendidikan bahkan hobi.

Ini dibuktikan Kambang Putih sebagai simbol seni dan ilmu pengetahuan, yang belakangan telah menjadi tempat yang romantis untuk mencumbui sejarah masa lalu. Terutama berkaitan dengan riset filsafat dari masa yang telah tetinggal jauh.

Dalam sebulan, Museum Kambang Putih dikunjungi rata-rata 1.600 orang dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Mereka tak hanya warga Tuban saja. Dari buku tamu yang ada tercatat banyak pula para pengunjung itu berasal dari berbagai kota di Pulau Jawa.

Hal ini menunjukkan bahwa Museum Kambang Putih sebagai sarana menimba ilmu sejarah. Karena di dalamnya memuat tentang budaya dan peradaban Kabupaten Tuban tempo dulu. Museum  di bawah rekomendasi Disdikpora Tuban ini, menyuguhkan beberapa prasasti lintas generasi para raja.

Diantaranya Keris PB X, jangkar, Al Quran “tempoe doeloe”, lingga-Yoni, ongkek dan barang prasejarah lainnya. Awalnya Kambang Putih berada di dalam kompleks Pendopo Krido Manunggal Tuban yang di resmikan Gubernur Jawa Timur Wahono pada 25 Agustus 1984 silam. Dengan pertimbangan untuk mempermudah akses menuju museum, kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih strategis. Yakni di sebelah barat daya Alun-alun Kota Tuban berdekatan dengan wisata ziarah Sunan Bonang, atau Jalan RA Kartini.

Kepala Museum Kambang Putih, Santi Puji Rahayu, pengunjung yang hadir diantaranya dari kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Saat yang paling berjubel ketika para pelajar mendapatkan tugas penelitian atau observasi mengenai sejarah. Meski begitu, bukan berarti pengunjung museum ini sepi. Dalam seharinya antara 60-70 orang mengunjungi museum ini.

“Sebenarnya sih kalau dikatakan sepi atau ramai itu variatif. Tergantung momen dan harinya. Yang jelas dari pihak kami selalu ready dalam mendampingi pengunjung. Karena basic museum ini kan edukasi,” terang Santi.

Ditanya apakah para peziarah Sunan Bonang selalu mampir Kambang Putih, Santi mengaku sangat jarang. Persoalannya, rombongan peziarah biasanya punya waktu terbatas terbatas dan rutenya sudah diatur sebelumnya.

“Memang harapannya dengan pergeseran museum ini, bisa membuat daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas, khususnya peran peziarah. Selain berziarah di makam Sunan Bonang juga berkunjung ke Kambang Putih,” imbuh Santi.

Menurut dia,  yang terpenting saat ini pihkanya lebih fokus mengelola Kambang Putih dengan merawat, menjaga sejarah dan warisan budaya leluhur. “Mngingat museum ini sangat kaya dengan benda-benda bersejarah. Ada hampir 5.000 benda prasejarah,” katanya. AMIN