Kreativitas Becak Sunan Bonang Diprotes Warga

Komunitas becak yang saban hari mangkal di seputar Makam Sunan Bonang, sebelah barat Alun-alun Tuban, tergolong kreativ. Sayangnya, usaha ini justeru mendatangkan masalah baru. Lho, kok?

MENANTI PENUMPANG: Antrean becak yang berjajar rapi di kawasan pintu keluar makam Sunan Bonang Tuban, Senin (30/03/2015) siang. foto: WANTI TRI APRILIANA
MENANTI PENUMPANG: Antrean becak yang berjajar rapi di kawasan pintu keluar makam Sunan Bonang Tuban, Senin (30/03/2015) siang. foto: WANTI TRI APRILIANA

seputartuban.com-Agar tak jenuh menunggu penumpang, sambil mengante peziarah yang akan “membokingnya” dari mulut Kutorejo Gang IV menuju terminal wisata di ujung Jalan AKBP Suroko melintasi Jalan KH Mustain atau sebaliknya, para tukang becak ini santai menikmati musik dangdut.

Menariknya, lagu-lagu dangdut dan jenis musik lainnya itu mengalun dari sebuah perangkat sound system yang dimodifikasi sendiri oleh para penarik becak wisata tersebut. Semula perangkat pengeras suara ini cuma alasa kadarnya.

Namun, entah siapa yang memulai, para tukang becak yang untuk “mengangkat” penumpang itu harus antre, mendadak seperti jor-joran memasang sound system dari dalam kendaraan beroda tiga, yang belakangan makin ditingalkan masyarakat sebagai transportasi jarak dekat ini.

Akibatnya bisa ditebak. Tak peduli sedang “ngetem” atau jalan, mereka memuatar musik dengan volume yang sangat keras. Kondisi ini tentu saja membuat penumpang maupun warga yang berpapasan menjadi berisik.

“Kami sudah capek protes kepada pihak yang berwenang, namun tetap juga tak membuat aksi jor-joran (musik) para tukang becak ini reda. Kesannya seperti makin menjadi,” ujar sejumlah warga di Jalan AKBP Suroko yang mengaku tak nyaman ketika becak wisata dengan suara musik keras itu menuju terminal wisata atau kawasan makam, Senin (30/03/2015) siang.

Tidak itu saja. Penarik transportasi yang pernah berjaya sebelum era 1990-an ini juga dikeluhkan saat akan menyeberangi traffic light perempatan sebeleh timur sebuah swalayan besar di Tuban.

“Meski jelas-jelas lampu menyala merah, mereka (becak) nyelonong terus. Padahal di situ sudah ada tulisan “becak dilarang menerobos lalu lintas,” imbuh Sri, cewek pramusaji sebuah cafe di Jalan KH Mustain.

Namun bagi Pri, warga di Jalan AKBP Suroko, bisa memakluminya. Hal itu dilakukan salah satu trik mereka untuk menarik penumpang.

”Kami paham mereka melakukan hal tersebut untuk mencari makan. Tapi hargai juga kami karena pada malam hari kami beristrhat setelah seharian juga mengais rejeki. Minimal kecilkan volume musiknya,” tutur Pri di samping warga lainnya yang punya pendapat sama.  WANTI TRI APRILIANI