Kesiapsiagaan Banjir Bandang Seharusnya Bukan Formalitas Saja

seputartuban.com, MOTONG – Warga Desa Guwoterus, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban selalu dihantui kecemasan saat musim hujan. Karena bisa saja sewaktu-waktu diterjang banjir bandang saat kawasan hulu beberapa sungai mengalami hujan lebat. Karena luas sungai di Desa Guwoterus tidak sesuai dengan potensi kapasitas menampung air dari beberapa sungai di Kecamatan Montong.

LANGGANAN BANJIR : Kondisi banjir bandang yang terjadi di Desa Guwoterus, Kecamatan Montong, kamis (16/3/2017)

Seperti saat Kamis (16/3/2017) banjir bandang merendam sejumlah rumah warga. Meski tidak sampai merendam mayoritas rumah dan merusak fasilitas umum, yang cukup dilelahkan adalah proses evakuasi hewan ternak dan benda berharga agar tidak terendam.
Tiap banjir mulai besar dan meluber keluar sungai, warga sudah panik. Selain mengemas baju, juga harta benda termasuk hewan ternak untuk dibawa ke lokasi lebih tinggi. Yang diperkirakan tidak sampai terendam air bah tersebut. Kondisi itu hingga saat ini masih sering dilakukan dan dirasakan warga. Bahkan lokasi titik evakuasi juga belum ditentukan pihak terkait.

Koordinator Pendekar Siaga, Hery Prasetyo, Jumat (17/3/2017) mengatakan masyarakat hingga saat ini belum mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang kebencanaan. Apalagi sistem peringatan dini dan tanggap darurat bencana khususnya banjir bandang. Misalkan sistem peringatan dini dan langkah evakuasi warga juga belum ada. Dampaknya adalah kepanikan massal saat debit air sungai mulai meluber ke jalan kampung dan pemukiman, warga mulai panik. Sedangkan sistem kewaspadaan dini, biasanya warga secara mandiri mencari informasi ke Desa Talangkembar kondisi debit air sungai.

“Seharusnya kalau tersistem dan terorganisir yang baik, masyarakat tidak sampai panik. Karena peringatan dini sudah ada secara sistematis yang disampaikan kepada masyarakat. Serta informasinya akurat sekaligus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” katanya.

Misalnya adanya informasi curah hujan di sejumlah kawasan yang menjadi hulu dari beberapa sungai yang bermuara di sungai Desa Guwoterus. Dari informasi tersebut ditambah informasi kondisi debit air sungai, dapat dipakai prediksi kondisi sungai di Guwoterus. Belum lagi informasi kondisi curah hujan di kawasan perbukitan Desa Guwoterus. “Secara sistematis belum ada, kalau sudah ada tentunya masyarakat yang tidak banyak dirugikan,” imbuhnya.

Belum lama di Desa Guwoterus terdapat sosialiasi dan pembentukan pengurus kebencanaan dari pemerintah. Sepulang acara, peserta mendapatkan kaos. Namun setelah itu tidak ada tindaklanjut secara nyata yang menyiapkan sistem dan kesiapsiagaan masyarakat. 

“Kita berharap tidak formalitas saja, ini menyangkut keselamatan masyarakat luas. Untuk itu kami dari sejumlah organisasi silat berharap segera dapat menyiapkan kader dan sistem tentang bencana untuk membantu masyarakat. Agar tidak cemas secara turun temurun sampai sekarang ini,” imbuhnya.

Diketahui, Desa Guwoterus merupakan kawasan rawan terjadi bencana, khususnya Banjir Bandang tiap musim hujan. Bahkan lebih dari 2 kali banjir bandang memporak-porandakan pemukiman warga dan merusak fasilitas umum. NAL