seputartuban.com, TUBAN – Salah satu koleksi unggulan Museum kambang putih, yakni Kalpataru memiliki pesan luhur. Benda bersejarah yang dulunya sebagai tiang penyangga pendopo rante kompleks makam sunan Bonang itu membawa pesan nyata bahwa Tuban adalah Bumi Wali Spirit of Harmony.

Kalpataru sebuah warisan sejarah, Sebagai pesan simbol harmoni antar umat beragama
Bimbingan Edukatif UPTD Museum Kambang Putih, Rony Firman Firdaus, menyampaikan bahwa kalpataru tersebut menyimpan pesan spirit of harmony atau pemberi harapan merajut harmoni antar umat beragama.
Kalpataru yang terbuat dari kayu jati bercabang empat yang diukir dengan berbagai motif bangunan suci empat agama. Islam dilambangkan dengan ukiran motif langgar, Hindu dengan puranya, Budha dengan Vihara dan Tri Dharma (Konghuchu, Tao, Buddha) dengan ukiran bermotif Klentheng, terpahat pada empat sudutnya.
“Bangunan suci yang diukir pada Kalpataru mempunyai pesan filosofis membangun kerukunan dan persatuan umat beragama. Semua dengan satu tujuan, pemujaan kepada Tuhan yang maha esa yang disimbolkan dengan satu tiang yang tegak ke atas,” jelasnya.
Salah satu makam yang tak bisa terpisahkan dengan sejarah Tuban, yakni Makam Sunan Bonang atau nama aslinya Raden Maulana Makdum Ibrahim yang dilahirkan pada tahun 1465 Masehi. Pada masa hidupnya, Sunan Bonang dikenal sebagai tokoh keharmonisan antar umat beragama atau pecinta kerukunan seluruh umat.

Keberagaman yang diajarkannya terbukti dengan keberadaan Kalpataru. Artefak ini merupakan bukti sejarah yang sudah pernah teruji dengan tes Karbon-14 oleh Beta Analytic Radiocarbon Dating Laboratory di Miami, Amerika Serikat, pada tanggal (8/8/2014). Soko atau tiang tunggal itu terbukti dibuat pada masa kehidupan Sunan Bonang, pada rentang waktu 1445 sampai 1525.
Sementara itu, Pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) Tuban, Lilik Kristiawan mengatakan sepanjang sejarah, Tuban terus membangun kedamaian, keharmonisan masyarakat untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Saat ini, warga Tuban masih sangat mudah dalam menjalankan keharmonisan lintas agama.
“Bukti tersimbolnya terlihat pada Kalpataru. Nuansa multi kultural juga sangat terasa pada area makam Sunan Bonang dengan corak bangunan Hindu Budha hingga keramik corak Eropa yang menempel di dinding,” ujar pendeta ke 4 GKJ Tuban itu.
Dia mengaku GKJ Tuban selalu menjaga adat dan kebudayaan Jawa khususnya terkait keharmonisan antar umat beragama yang diwariskan para tokoh bersejarah Tuban, tak terkecuali pada perayaan Natal 2016 ini. Selain menjunjung tinggi warisan budaya leluhur juga menguatkan pesan moral melalui budaya jawa yang harus tetap dilestarikan. USUL PUJIONO