JENU
seputartuban.com – Dalam percaturan politik Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim, warga NU harus meraih posisi penting. Karena jika hanya menjadi orang nomor dua, tidak ada jaminan NU menjadi lebih besar. Karena tidak dapat mengambil kebijakan.
Hal ini disampaikan Mantan Ketua PB NU, KH. Hasyim Muzadi. Dalam acara peringatan hari lahir (Harlah) Fatayat NU ke-63. Di Hotel Willis, Kecamatan Jenu, Kab. Tuban, Minggu (26/05/2013). Dalam sambutanya, tokoh asli dari Kecamatan Bangilan, Kab. Tuban ini mengajak semua warga NU untuk mendukung Khofifah Indar Parawansa dalam Pilgub mendatang.
Karena untuk membangun sayap politik Nahdlatul Ulama, tidak cukup hanya meletakkan kader Nahdliyinya sebagai Wakil Gubernur saja. “Kalau hanya wakil saja, NU tidak akan bisa berkebang besar. Karena tidak bisa mengambil kebijakan,” katanya.
Lebih lanjut, pengasuh Pondok Pesantren (ponpes) Al Hikam ini menganggap bahwa kondisi politik saat ini sudah tercemar. Jauh dari nilai-nilai Ahlussunah Wal Jama’ah.
“Masak sesama NU kok negosiasi, itu kan aneh. Karena kondisi politik saat ini ibarat udara sudah banyak tercemar oleh debu dan racun-racun. Yang kita inginkan dari Gubernur tidak hanya Khofifah, saya berkali-kali sering sampaikan, bahwa Khofifah bukan akhir dari sebuah perjalanan. Tetapi awal dari persatuan nahdatul ulama menuju Indonesia yang dicita-citakan,” tegasnya.
Untuk membesarkan NU harus dilakukan banyak hal, diantaranya melalui jalur politik. Dengan menempatkan kader-kader terbaik di eksekutif maupun legislatif. Sehingga menjadi bagian dalam pengambilan kebijakan pemerintahan. “Kalau ingin NU semakin besar kita harus ikut politik, tapi jangan ikut politik untuk kepentingan pribadi saja. Kita harus mengedepankan kepentingan organisasi dan tujuan awal dari nahdatul ulama. Yaitu ikut serta membangun dan mencapai cita-cita bangsa Indonesia,” tambah Mbah Hasyim.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Fatayat NU, Ida Fauziyah, menyampaikan Fatayat di Jawa Timur punya beban besar. Untuk mewujudkan pesta demokrasi yang berkwalitas. Yakni memilih pemimpin berbiaya murah. Dan mendidik warga NU untuk cerdas menggunakan hak demokrasinya.
“Apakah warga Jawa Timur yang katanya NU-nya 80%, mau dipimpin oleh orang yang tidak jelas keNUannya?. Konteknya memilih pemimpin yang memiliki respon terhadap perempuan yang tinggi. Kalau pemimpin itu perempuan pasti tingkat responya terhadap perempuan sangat konsen, karena masih banyak tingkat pendidikan dan kesehatan perempuan yang sangat rendah. Saya yakin ibu Khofifah bisa mengakomodir itu, karena ia kan pernah menjabat sebagai menteri pemberdayaan perempuan,” tegasnya..
Hadir dalam acara ini seluruh pengurus Fatayat NU se-Kabupaten Tuban. Bupati dan Wakil Bupati Tuban, Kepala Kementrian Agama Kab. Tuban dan fungsionaris DPC PKB Tuban. (muh)