TUBAN
![Seni Lumpur](http://seputartuban.com/wp-content/uploads/2013/05/Seni-Lumpur.jpg)
seputartuban.com – Budi Hartono (41) warga Desa mandirejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, mampu mengolah lumpur sidoarjo atau biasa dikenal lumpur sidoarjo, menjadi bahan baku membuat patung, asbak dan bentuk lainya.
Saat ditemui dirumahnya, Sabtu (18/05/2013), Budi mengaku dengan ide kreative-nya ini dia mampu membuat patung indian. Juga patung petani, patung wanita penjual jamu gendong, hingga patung wajah manusia. Hal ini dilakukanya sebagai bentuk pesan moral peringatan peristiwa semburan lumpur yang belum berhenti sampai sekarang.
Seniman yang sejak 3 tahun terakhir menekuni seni aliran negatif ini dengan mengolah lumpur dicampur bahan lainya, diubah menjadi miniatur patung. Dirinya mengambil lumpur dari Kabupaten Sidoarjo, kemudian dikeringkan. Kemudian dihaluskan sampai berbentuk tepung. Selanjutnya dicampur dengan zat pengeras dan pengental seperti resin. Dan terakhir dicampur zat, yang membuat adonan tidak lembek.
Adonan yang sudah siap, langsung dituang didalam cetakan sesuai motif dan bentuknya yang diinginkan. Setelah kering, hasil cetakan masih setengah jadi. Sehingga harus dilakukan penghalusan, dan pewarnaan. “ itu baru setengah jadi, harus di finishing dulu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, mahasiswa semester akhir Sekolah Tinggi Kesenian di Surabaya ini menceritakan dirinya harus mengukir master cetakan. Yakni dengan menggunakan fiber glass yang diukir sesuai dengan pola dan bentuk yang akan dicetak.
Dengan ide pemanfaatan lumpur ini, Mbah Bud, sapaan Budi selain memberikan pesan moral juga mampu menghemat biaya bahan baku pembuatan patung. Karena bahan baku Tallek yang biasa dipakai bahan dasar patung lebih mahal. Sedangkan kalau lumpur, tinggal mengambil di Sidoarjo secara gratis.
Bahan dasar patung (Tallek) setiap 1 Kg saja seharga Rp. 40 sampai Rp. 50 ribu. Setiap patung buatannya berukuran 15 Cm x 10 Cm membutuhkan sedikitnya 2 Kg Tallek. Sehingga dengan bahan baku alternative ini mampu menghemat pengeluaran cukup lumayan baginya. ‘saya juga ingin membuat kerajinan dari bahan baku limbah atval. Jadi tidak perlu jauh-jauh ke Sidoarjo,” jelasnya.
Dalam sehari bapak 2 anak ini, mampu membuat 20 patung. Dengan harga antara Rp. 70 ribu sampai Rp. 200 ribu. Tergantung tingkat kesulitan dan banyaknya warna yang digunakan. Selama ini kendala yang dihadapinya adalah penjualan hasil karyanya.
“Sementara ini saya sudah pernah memamerkan karya saya hingga tingkat Provinsi. Saya menggunakan aliran negatif agar masyarakat tahu bahwa semua hal itu bisa dinilai dari sisi negatifnya saja. Namun masih bernilai seni,” pungkas Budi. (han)