TUBAN
Seputartuban.com-Euforia hajatan demokrasi lima tahunan dengan agenda pemilihan presiden dan wakil presiden 9 Juli nanti, disikapi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Tuban dengan menyerukan sikap netral.
Hal ini penting dilakukan mengingat salah satu pasangan capres yakni Jokowi-Jusuf Kalla adalah jago PDIP, yang memiliki kesamaan paltform ideologi dengan organisasi mahasiswa ekstra kampus yang lahir dari fusi tiga organisasi kemahasiswaan dengan kesamaan azas.
Yakni Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM) yang berpusat di Jogjakarta, Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya serta Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta, 23 Maret 1954 silam ini.
Berkaitan itu Ketua DPC GMNI Tuban, Moch Sudarsono, memastikan organisai pergerakan mahasiswa yang dipimpinnya mengambil sikap netral alias tidak berpihak kepada salahkandidat.
Penegasan mahasiswa semester akhir sebuah universitas di Tuban tersebut, sekaligus membantah opini publik tentang GMNI yang sering diasumsikan sebagai “bomber”Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Dengan begitu, tegas dia, bahwa organisasi ekstra kampus yang lahir 23 Maret 1954 itu tidak berpihak kepada salah satu parpol, termasuk PDIP. Ini artinya, GMNI tidak akan berpihak kepada salah satu kandidat dalam pilpres yang akan digelar 9 Juli mendatang.
“Dalam AD/ART GMNI tidak mengajarkan politik praktis. Yang jelas, kesamaan platform ideologi marhaenisme saja yang menyamakan kami dengan PDIP, “ tegas aktifis kampus yang akrab disapa Nonok ini.
Terkait netralitas dalam pilpres kali ini, Ketua GMNI ini memastikan akan memberikan sanksi kepada anggotanya yang ikut aktif dalam politik praktis.
Suddarsono juga menegaskan, GMNI tidak akan menjadikan proses pemenangan Jokowi yang diusung PDIP sama sekali tidak masuk dalam agenda organisasi ekstra kampus yang dipimpinnya.
“Siapapun yang menang itu adalah keputusan rakyat. Yang pasti GMNI tidak akan menjadi motor kemenangan salah satu pasangan kandidat dalam pilpres kali ini,” tandas dia. HANAFI