Viral Manusia Lato-lato

Oleh : Cipnal Muchlip M

Pemimpin Umum seputartuban.com / Caraka Group

Belakangan viral salah satu permainan yang dikenal dengan nama lato-lato. Dimainkan oleh anak-anak sampai orang dewasa. Sebagian baru mengenal permainan ini, namun sebagian lainnya sudah mengenal lama. Dari pelosok hingga perkotaan memainkan lato-lato. Sebagian individu menjadi sarana bisnis, sarana promosi diri hingga hiburan individu. Lato-lato adalah sepasang bola plastik yang dikaitkan dengan tali. Untuk memainkannya dibenturkan keduanya dengan berulang-ulang. Jika dibuat lomba, maka siapa yang bermain paling lama, adalah pemenangnya.

Sejarah

Dari perlagai sumber menyebutkan bahwa lato-lato yang kini digandrungi lintas usia tersebut ternyata sudah dimainkan sejak periode tahun 1960-an. Lato-lato berawal dari Amerika Serikat, dengan sebutan clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, atau clankers. Benda ini mirip dengan ‘bolas’, senjata berburu yang digunakan oleh para Gaucho atau penduduk di Pampas, Gran Chaco, dan Patagonia, Amerika Selatan. Permainan clackers persis dengan lato-lato yang dimainkan sekarang. Mulanya, permainan ini ditujukan untuk mengajari anak berlatih motorik mata dan tangan.

New York Time telah menerbitkan catatan bahwa pada Agustus 1971 terdapat kejuaraan dunia clackers. Yang dilaksanakan di Italia, tepatnya di desa Calcinatello, dekat Brescia. Dengan peserta dari Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, hingga Kanada.

Permainan yang membenturkan sepasang bola plastik ini pernah dilarang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) didukung komunitas dan organisasi masyarakat untuk mencegah kebutaan (Society for the Prevention of Blindness). Kemudian tahun 1973,  Consumer Product Safety Commission atau Komisi Keamanan Produk Konsumen muncul dengan banyak himbauan terhadap mainan ini. Melansir website Komisi Keamanan Produk Konsumen Amerika Serikat (CPSC), U.S Marshall menyita 4.600 produk Lato-lato di Phoenix, Arizona pada 6 Desember 1985. Mereka menilai mainan tersebut berbahaya, karena mudah pecah dan melukai anak-anak. Lebih lanjut, mereka juga melarang penjualan lato-lato di Amerika Serikat.

Kemudian tahun 1990-an, permainan ini merambah populer di Indonesia. Dengan menggunakan bola dari plastik polimer tidak lagi menggunakan kaca temper. Karena dianggap bahan ini lebih aman, dengan pola permainan yang sama. Di Indonesia tiap wilayah memiliki sebutan yang berbeda-beda permainan ini.

Manusia Lato-lato

Terlepas viralnya lato-lato akibat strategi pemasaran produk agar permintaan pembeli semakin banyak, hingga membuat produsen/marketer untung berlibat, maupun manfaat medis dan edukasi dari bermain lato-lato, terdapat hikmah kehidupan yang dapat diambil dari viralnya lato-lato ini. Yakni kondisinya hampir sama dengan perilaku individu masyarakat, yang semakin mudah untuk dibenturkan satu dengan yang lain.

Dari cara bermain, yakni dengan membentur-benturkan sepasang bola plastik, sama dengan kondisi saat ini. Antara individu satu dengan yang lain meski terikat jadi satu ikatan (apapun) mulai ikatan keluarga, komunitas, suku, agama bahkan negara mudah untuk dibentur-benturkan. Kondisi ini juga kian makin massif. Secara daring dalam sosial media atau bahkan benturan tersebut menjadi konten yang semakin diminati warganet. Antara pembuat konten dan warganet sama saja semangat saling membenturkan antara satu dengan lainnya.

Saling menyalahkan meski belum memahami konteks persoalan, membenturkan untuk mengambil untung atas kehebohan yang terjadi. Bahkan dalam obrolan group sosial media-pun demikian. Antara individu satu dengan lainnya mudah berdebat meski saling berprasangka tanpa didasari pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan atau fakta. Hanya berdasarkan asumsi, perkiraan atau prasangka yang belum diuji dengan fakta. Seolah menjadi ahlinya ahli dalam banyak hal.

Apalagi dalam dunia digital saat ini, konten-konten “benturan” tersebut menjadi ladang mata pencaharian. Antara satu konten kreator dengan lainnya mudah menjatuhkan atau bahkan memperolok. Lihat saja dalam konteks politik, bahkan hal agama saat ini mudah diprovokasi dan dibenturkan baik sesama maupun antar pemeluk agama. Belum lagi ditambah anggota ormas atau kelompok masyarakat yang juga mudah menjadi lato-lato. Mudah menjatuhkan kelompok/pihak lainnya, dengan mengunggulkan pihaknya sendiri. Sungguh manusia lato-lato menyebar dari dunia luring sampai dunia daring.

Kondisi demikian dalam jangka panjang sangat membayakan.Kerukunan, persatuan maupun saling menghargai menjadi situasi yang sangat mahal dan sulit untuk diwujudkan. Setiap individu menjadi mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan individu lainnya dari banyak faktor. Mulai kenyamanan, ketentraman dan lainnya. Jauh dari harapan para leluhur bangsa ini yang telah mengorbakan segalanya untuk anak cucunya.

Berhentilah menjadi manusia lato-lato yang mudah dibenturkan, mudah membenturkan atau memberturkan diri. Karena selain merugikan diri, orang lain, dan banyak lagi kerugiannya. Kembali kepada jatidiri anak bangsa yang penuh dengan pesan luhur dari semua suku di Indonesia, atau berpegang pada nilai agama masing-masing. Akhirnya nilai-nilai Pancasila akan menjadi jalan hidup dan terlepas dari manusia lato-lato.

Print Friendly, PDF & Email