Raskin di Tuban, Sudah Berulat Disunat Pula

KEREK

KUNING DAN BERKUTU: Salah satu penerima raskin di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, menunjukkan raskin tak layak konsumsi, Senin (19/05/2014).
KUNING DAN BERKUTU: Salah satu penerima raskin di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, menunjukkan raskin tak layak konsumsi, Senin (19/05/2014).

Seputartuban.com- Ratusan warga di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, mengeluhkan jatah raskin (beras miskin) yang mereka terima. Warga menyebut jatah raskin yang mereka terima tidak layak konsumsi. Ini karena beras murah yang didistribusikan bulog dipenuhi kutu dan warnanya kuning. Yang lebih parah, sudah berkutu masih disunat lagi. Jika seharusnya berat untuk setiap saknya 15 kilogram kini tinggal 14 kilo saja.

Akibatnya, warga penerima jatah raskin kecewa dan terpaksa menukarkan dengan beras yang kondisinya bagus. “Tapi dapatnya cuma separoh lebih sedikit dari jatah raskin. Soalnya kualitasnya benar-benar jelek. Cocoknya untuk pakan bebek,” keluh sejumlah warga, Senin (19/05/2014).

Terkait buruknya kualitas jatah raskin dan timbangan yang sudah tak utuh, Kaur Pemerintahan Desa Gaji Harun S, menyatakan pihak desa sudah melaporkan hal itu ke pihak bulog. Harun berdalih raskin berulat tersebut baru diketahui setelah dibagikan ke warga. Dia mengaku baru mengetahui kondisi tersebut setelah mendapat laporan dari masyarakat.

“Kita sudah memberi tahu petugas bulog tapi belum ada solusi. Kita berharap hal itu tidak terulang lagi sehingga raskin benar-benar bisa dikonsumsi oleh masyarakat, dan beratnya tidak berkurang,” papar Harun.

Terpisah Kepala Gudang Bulog Tuban, Fathur Rozi, mengatakan penyebab menurunnya kualitas raskin disebabkan beberapa faktor. Diantaranya beras itu sudah terlalu lama disimpan di gudang. Selain itu juga disebabkan oleh faktor cuaca.

“Beras itu sudah disimpan selama satu tahun di gudang sehingga wajar mengalami perubahan,” kata Rozi.

Namun begitu, pihaknya berjanji akan melakukan pengecekan terhadap beras yang kondisinya menurun dan siap mengganti bila masyarakat ingin menukarkan beras tersebut.  “Gratis. Tidak dipungut biaya,” sambungnya.

Disinggung terkait menyusutnya timbangan yang seharusnya 15 kilogram namun yang diterima masyarakat hanya 14 kilogram, Rozi membantah. Sebab dalam pengepakan sudah dilakukan dengan menggunakan timbangan elektrik.

“Kita sudah melakukan seleksi dan beratnya tidak mungkin kurang. Kalau ada penyusutan itu kemungkinan disebabkan karena kebocoran saat dilakukan pengangkutan,” tandas Rozi. MUHLISHIN

Print Friendly, PDF & Email