Potensi Gerabah Super Jatirogo Masih Terabaikan

Pernah Terbukti Laku Terjual Hingga Tawaran Ekspor

seputartuban.com, JATIROGO – Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban memiliki potensi yang masih belum tergarap maksimal. Diantaranya adalah kerajinan tanah liat atau biasa disebut gerabah. Dengan sentuhan seni, hasil karya tidak hanya nilai fungsi, juga memiliki nilai seni tinggi. Sehingga potensi dipasarkan luas hingga keluar daerah maupun sebagai produk khas Kabupaten Tuban.

Pelaku Seni Budaya Kecamatan Jatirogo, Sutiyono, Senin (14/10/2024) menjelaskan wilayahnya memiliki bahan baku melimpah. Tanah liat (clay) yang saat ini hanya digunakan menjadi bahan baku gentheng maupun bahan industry lainnya di luar daerah. Sehingga bahan baku tersebut dijual ke luar daerah belum dapat dioptimalkan di sekitar. Bahkan pasir kuarsa yang dapat dijadikan bahan baku penguat dan penghalus gerabah juga melimpah.

“Disini bahan bakunya melimpah, persoalannya tidak ada yang membantu agar dapat digerakkan menjadi nilai ekonomi baru. Kualitas gerabah kita bisa menjadi super jika diolah dengan benar dan dibakar dengan tungku khusus. Masalahnya disitu, kami belum ada yang memfasilitasinya,” ungkapnya sambil menunjukkan salah satu hasil olahan gerabah.

Pensiunan Guru Seni Budaya sekaligus pelukis asal Desa Wotsogo ini menambahkan, komunitasnya sudah mencoba mengembahkan produk gerabah ini. Diantaranya menjadi tempat buah, asbak, mangkok, tempat pulpen, lepek, cangkir dengan sentuhan motif daun. Juga dapat diolah menjadi pot bonsai, topeng dekorasi dan lainnya. “Bisa kita olah jadi barang fungsi namun juga bernilai seni dan kuat karena prosesnya beda,” jelasnya.

Namun upaya tersebut terkendala, ketika proses pemanasang menggunakan tungku harus keluar daerah. Sehingga produk jadi tidak ekonomis, atau prosesnya menjadi mahal. Sehingga tidak terjangkau harga jualnya. Menurutnya, jika dapat difasilitasi modal awal, tungku dan pemasaran, komunitasnya siap menjadi penggerak perekonomian UMKM ini. “Selain bisa dipasarkan secara digital, juga bisa jadi produk UMKM khas Tuban dititipkan di pusat keramaian. Bahkan kami sudah ada galery khusus untuk pendidikan maupun pemasarannya,” tuturnya.

Menggerakkan ekonomi dengan ciri khas daerah akan menjadi identitas budaya dan peningkatan ekonomi sebuah daerah secara kerakyatan. Selain itu wujud nyata memaksimalkan potensi lokal untuk dikembangkan di lokal. “Memang hal ini tidak populer, tapi ini untuk jangka panjang. Tidak sekedar ekonomi saja tapi, seni dan budaya sebagai identitas daerah serta pengelolaan lingkungan yang baik,” pungkasnya.

Diketahui, tahun 1997, gerabah Jatirogo ini pernah mengikuti dan laku terjual di pameran Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) di Benteng Vredeburg. Salah kegiatannya adalah pasar seni dengan menghadirkan seniman se indonesia. Sutiyono juga pernah didatangi Murtianingsih dari Yogyakarta untuk ekspor ke Singapura dengan ribuan produk per bulan. Namun tidak dapat melayani karena keterbatasan sarana produksi.