TUBAN

seputartuban.com- Para petani cabai di Kabupaten Tuban syok menyusul terus anjloknya harga cabai. Hingga Senin (12/05/2014) harga cabai terjun bebas hingga Rp 6 ribu dari sebelumnya Rp 60 ribu.
Merosotnya harga cabai ini disebabkan banyak faktor. Di antaranya menurunnya permintaan konsumen di pasaran. Selain itu, musim panen yang terjadi di triwulan pertama tahun 2014 ini sangat melimpah. Akibatnya stok cabai banyak dan penjualannya melempem.
Seorang petani cabai di Desa Beji Kecamatan Jenu, Kasdari, mengatakan lahan seluas 4 hektar miliknya ditanami cabai jenis rawit, hijau dan merah. Namun prediksi harga sebelum panen meleset dari angan-angannya.
Seperti cabai merah yang sebelumnya seharga Rp 60 ribu turun menjadi Rp 6 ribu. Untuk cabai rawit yang sebelumnya seharga Rp 55 ribu menadi Rp 20 ribu. Sedangkan harga cabai hijau awalnya Rp 59 ribu, sekarang seharga Rp 13 ribu. Anjloknya harga cabai berkisar antar 80 persen sampai 100 persen itu membuat petani klimpungan. Pasalnya harga panen caabai tidak biasa menutupi biaya produksi dan merugi.
Akibat fenomena itu, petani harus merogoh modal yang besar untuk biaya tanam musim selanjutnya. Banyak yang harus berhutang kepada pinjaman Bank dan perkreditan usaha mikro. “Harga hancur mas, mau dijual kemana lagi, ditimbun juga busuk cabainya. Kalau dikeringkan kita tidak punya modal,” kata bapak lima anak itu.
Senada disampaikan Supandi, petani cabai di Kecamatan Soko. Di pasar tradisional kecamatan setempat harga cabai juga menurun. Sebabnya, akibat hasil penen cabai melimpah. Hal ini, memaksa dirinya harus menjual cabai hingga ke luar kota, seperti Kabupaten Blora dan Kabupaten Rembang. Pasalnya, harga cabai lebih mahal dibandingkan di Kabupaten Tuban.
“Kita panen terus kita keringkan dan dijual di luar kota. Kalau tidak disiasati pasti rugi banyak. Ini saja sudah rugi, dari pada berlipat-lipat, ” kata Supandi.
Sekretaris Dinas Perekonomian dan Pariwisata Pemkab Tuban, Endang Trimedyain, menjelaskan menurunnya harga cabai sudah menjadi hal wajar saat musim panen seperti sekarang. Biasanya petani sudah mempersiapkan dengan beberapa cara. Ada yang sudah diborongkan dalam penujalannya. Ada juga yang sengaja dikeringkan dan dijual saat harga naik.
Kerugian petani merupakan hal yang klasik. Sehingga, pihaknya hanya bisa memberikan sosialisasi kepada petani agar tetap menanam cabai dan memanem di saat stok pasaran sedikit. Musim cabai yang lebih dari sekali pada setiap pohonnya, bisa menjadi cara untuk menutupi kerugian.
“Kita sudah mencoba untuk menstabilkan harga dengan pengawasan di grosir dan tengkulak. Pedagang cabai itu memang harus ulet dan hafal harga,” ungkap Mei. HANAFI