Pemkab Tuban Harus Selamatkan Bulus Ngerong

TUBAN

GARDA DEPAN: Bila sampai ada kesalahan dalam penyusunan daftar pemilih maka hal itu bisa dipakai sebagai alat untuk melakukan gugatan. Bahkan bisa menjadi pemicu terjadinya konflik atar pendukung
EDY TOYIBI: Ketua LSM Cagar Tuban

seputartuban.com-Populasi bulus Ngerong yang menghuni wisata Goa Ngerong di Desa Rengel, Kecamatan Rengel yang menurun drastis, selain karena mati dimakan usia dan sulit berkembang biak, juga tak lepas peran Pemkab Tuban yang selama ini cenderung lepas tangan.

Ketua LSM Cagar Tuban, Edy Toyibi, mengatakan punahnya hewan langka itu disebabkan karena tidak ada perhatian dari masyarakat untuk melestarikannya. Hal ini terbukti dengan tidak adanya tempat untuk pengembang biakan bulus tersebut secara khusus dan dalam pengawasan.

“Dulu di lokasi itu ada daratan yang ada pasirnya tempat hewan-hewan langka itu berkembang biak. Sebab bulus menyukai daratan yang berpasir. Karena sekarang sudah tidak ada, sehingga bulus-bulus itu tidak punya tempat untuk berkembang biak,” terang Edy, Selasa (02/09/2014) siang.

Dia menegaskan, dalam situasi seperti itu seharusnya pemerintah daerah perlu segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan ekologi yang ada di goa tersebut. Sebab selain bulus juga banyak hewan air lainnya, serta kelelawar yang menjadi salah satu ciri dari Goa Ngerong. Semestinya, pemerintah mengembangkan potensi budaya serta potensi alam yang tak bisa “disulap” secara instan.

“Cara pengelolaannya tidak memperhatikan ekosistem yang ada di tempat itu,” sambung Edy.

Disebutkan, wisata Goa Ngerong  memang dikelola oleh pemerintah desa. Namun demikian pemerintah daerah juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga ekologi yang ada ditempat tersebut. Sebab destinasi itu masih berada di bawah wilayah Kabupaten Tuban.

“Goa Ngerong perlu dibuatkan rekayasa ekologi, sehingga bulus yang ada ditempat itu tidak punah dan bisa berkembang biak. Kontribusi dan pengawasan dari pemerintah daerah sangat dibutuhkan. Ini untuk menghindari agar daerah yang memiliki nilai budaya itu tidak hilang terkikis perkembangan zaman,” tandas dia.

Saat ini popolulasi hewan yang yang masuk dalam bangsa kura-kura tersebut kondisinya sangat memprihatinkan. Sebelumnya ada sebanyak 24 ekor bulus, namun saat ini hanya tinggal 10 ekor. Sedangkan yang 14 ekor sudah mati. Sementara matinya bulus itu tidak diketahui penyebab musababnya, sehingga terkesan tidak ada perhatian terhadap hewan langka tersebut.

Diketahui, goa dan kali Ngerong tersebut selain ditempati hewan-hewan air dan kelelawar juga memiliki nilai historis serta cerita yang perlu dipertahankan. Goa Ngerong itu memiliki panjang lorong mencapai 1.770 meter dengan debit air dari mata air di hulu Goa Ngerong 773,6 liter perdetik. Sedangkan air yang keluar dari mulut goa itu sebanyak 523,7 liter per detiknya.  MUHLISHIN