seputartuban.com, TUBAN – Banyak cara melakukan kritik kepada pemerintah maupun sosial, salah satu caranya dengan menerbitkan buku. Seperti yang dilakukan Linda Tria Sumarno, warga Kecamatan Bangilan. Buku kumpulan cerpen “Eutanasia” yang dia tulis sebagai wujud kegundahan hatinya atas kondisi ketidakadilan di Bumi Wali.
Menurutnya penerbitan Eutanasia, sebagai tanggung jawab moral sebagai manusia. “Dengan menulis berharap mampu menumbuhkan kesadaran pembaca akan realita sosial. Yang tidak hanya berisi tentang kesenangan, tapi juga tentang ketidakadilan, kesewenang-wenangan yang harus dilawan,” katanya, Sabtu (1/7/2017).
Saat ini wanita kelahiran 1984 itu tergabung di Komunitas Kali Kening, sebuah Komunitas literasi yang berada di Kecamatan Bangilan. Melalui komunitas itu, motivasi menulisnya kembali bangkit setelah bertahun-tahun pasif. Kemudian mulai berkarya kembali, sampai dapat menerbitkan buku kumpulan cerpen itu.
Eutanasia ini mengangkat kearifan lokal Tuban, dalam alur ceritanya juga berlatar Tuban dan berangkat dari kisah nyata. “Saya merasakan, melihat dan menuliskannya. Tulisan-tulisan saya di Eutanasia ini merupakan endapan-endapan keresahan saya melihat kondisi sosial yang masih banyak kemiskinan, pelecehan sosial juga ketidakadilan,” ungkapnya.
Bagaikan mengandung bayi dan melahirkanya, dalam proses penulisanya juga membutuhkan waktu 9 bulan. Ditengah kesibukanya menjadi guru dan seorang ibu, ia terus berkarya. Kadang dalam waktu 1 sampai 2 jam untuk menyelesaikan sebuah cerpen. Namun kadang juga butuh waktu berbulan-bulan.
“Proses menulis buku Eutanasia ini selama sembilan bulan, persis seperti proses seorang ibu yg akan melahirkan seorang anak biologis, dan Eutanasia ini adalah anak rohani saya,” tegasnya.
Menyeimbangkan waktu bersama keluarga dengan terus berkarya juga menjadi sebuah kewajiban yang harus dipenuhi. “Selama ini saya selalu menyempatkan waktu menulis dimanapun saya berada. Saya lebih suka menulis ketika semua orang menikmati tidur malamnya, sehingga waktu saya untuk keluarga terutama anak saya tidak tersita. Ada waktu dimana saya, suami dan anak saya menghabiskan waktu dengan membaca buku koleksi pribadi kami,” teranya.
Melalui cerpen-cerpen dalam buku Eutanasia ini dia ingin berbincang dengan pembaca bahwa di Tuban masih banyak terjadi ketidakadilan, kesewenangwenangan, pelecehan seksual, yang harus diperangi. Selain itu juga untuk menggugah kesadaran pembaca agar selalu memanusiakan manusia.
“Harapannya buku ini dibaca oleh semua sektor masyarakat, baik itu mahasiswa, pelajar, orang-orang yang duduk di pemerintahan, juga para pendidik di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Tuban. Dengan membaca Buku Eutanasia ini, harapan saya mampu menggugah kesadaran mereka untuk lebih peduli terhadap realita sosial dan rakyat kecil. Bahwa hidup tidak hanya untuk urusan perut dan kedudukan, tapi juga tentang kemanusiaan,” harapnya.
Saat ini menurut Linda mulai jarang penulis yang menyuarakan tentang kemanusiaan. Mereka lebih banyak mengikuti keinginan pasar, agar bukunya laris dibeli pembaca. Selain itu, penghargaan terhadap penulis masih sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari royalti yang diterima penulis, baik dari media cetak maupun dari penerbit mayor juga dari pemerintah.
“Harapan kedepan, semoga akan muncul banyak penulis yang berbicara tentang kemanusiaan dan semoga akan muncul banyak penulis perempuan. Pemerintah, khususnya Pemerintah daerah Tuban seharusnya memberi ruang dan wadah bagi penulis, karena saat ini banyak sekali penulis-penulis muda yang bermunculan di Tuban,” pungkasnya.
Diketahui, Linda sebelumnya telah turut serta menerbitkan Antologi Cerpen Pengarang Tuban. Kemudian buku keduanya adalah Eutanasia. Serta dalam waktu dekat direncanakan akan terbit kumpulan puisi “Hitam Putih Negriku”. Untuk membeli buku Eutanasia dapat langsung chat ke facebook Opie Resta, dengan harga Rp. 35,000 belum termasuk ongkos kirim. Nal
Diterbitkan oleh penerbit apa?