Blusukan Sampai Lompat Jendela “Nggak” Dapat PSK

Tampaknya sepanjang ramadhan ke depan, bagi aparat penegak hukum di Kabupaten Tuban merupakan bulan penuh tantangan dan adu jeli terhadap praktik prostitusi terselubung. Entah memang sudah benar-benar bersih atau terlihat mata, tapi yang pasti razia yang digelar beberapa jam sebelum puasa pertama, tidak ada hasil.   

BAIK-BAIK: Pasangan muda yang tinggal di eks Lokalisasi Gandul menujukkan surat nikah dan dokumen resmi lainnya.
BAIK-BAIK: Pasangan muda yang tinggal di eks Lokalisasi Gandul menujukkan surat nikah dan dokumen resmi lainnya.

seputartuban.com- Tak mau kecolongan, sekitar 30 anggota gabungan dari Satpol PP, Polres dan Kodim menyisir lokasi yang dulunya menjadi ladang rupiah bagi para pekerja seks komersial (PSK) di kawasan Dusun Wonorejo, Desa Gesing, Kecamatan Semanding.

Saat petugas menghentikan mesin mobil patrolinya tepat di depan dusun yang akrab disapa “Gandul” itu, yang tampak hanya lorong gang sepi. Ketika, para penggawa penegak hukum mulai masuk ke gang kecil itu, hanya sebagain rumah dan warung yang buka. Deretan rumah yang tak berpenghuni menjadi pemandangan di setiap sisi jalan. Meski tak semua rumah sepi, namun petugas yakin masih adanya praktik prostitusi di dalamnya.

Sesekali petugas melihat rumah yang ramai. Ketika diperiksa, penghuninya berdalih ini adalah rumah tangga dan tidak menyediakan wanita pemuas nafsu. Petugas yang sedikit “kecelik” alias salah persepsi tidak terus mundur.

Setiap sudut rumah tidak luput dari sorot lampu dan ketukan pintu. Hanya sebatas memastikan apakah masih ada segelintir kaum hawa yang tersisa untuk tetap menjajakan cinta sesaatnya. Di tengah lorong yang agak remang, petugas menemukan sebuah rumah diduga masih aktif dijadikan jual beli lendir. Saking semangatnya, petugas harus melompat jendela untuk melihat kebenarannya. Di dalam, hanya ditemukan seorang wanita dengan kedua anaknya.

LEGAL: Seorang wanita yang tinggal di salah satu eks lokalisasi memperlihatkan KTP kepada petugas.
LEGAL: Seorang wanita yang tinggal di salah satu eks lokalisasi memperlihatkan KTP kepada petugas.

Meski begitu, petugas masih menaruh curiga dengan banyaknya kamar berukuran tiga meter persegi di rumah itu. Sebagian kamar tersisa lusuh tak terawat, namun sebagian diyakini masih ditempati. Terbukti adanya parfum dan aksesoris wanita di dalamnya. Bahkan, petugas
juga mengendus adanya bekas praktek esek-esek di dalam kamar.

Tampaknya, modus jual beli antar PSK dan lelaki hidung belang secara terang-terangan sudah sedikit  ditinggalkan. Kini, bak jual beli on line, cukup dengan boking melalui SMS. Ketemuan, deal, boking dan siap main kuda-kudaan. Untuk mengelabuhi razia, para mami sudah memiliki jurus jitu. Tidak lagi memakai jasa body guard untuk berjaga layaknya anjing alas. Atau sekedar salam tempel untuk uang tutup mulut dengan para pemegang wilayah. Melainkan, memakai sistem bajing loncat. Apa itu? .

Bila dicermati, setiap kamar bordir dipastikan terdapat jendela. Pintu kecil itu yang menghubungkan antara kamar satu dengan lainnya. Apabila cendela dibuka, langsung bisa melihat sisi rumah disampingnya. Cendela itu pula yang dipergunakan untuk kucing kucingan antara petugas dengan para hidung belang dan PSK. Apabila terlihat petugas datang langsung meloncat dari cendela kamar menuju rumah di sampingnya. Hal itu berhasil membuat petugas harus gigit jari tanpa hasil tangkapan.

Meski sudah ditutup dan sering razia, tidak membuat ciut nyali para mucikari. Terus berinovafi dan mencari celah, bagaimana untuk mengelabuhi petugas. Puas menyisir gang sepanjang 300 meter, petugas kembali untuk lokasi berikutnya. Di dua lokasi serupa, yakni di Desa Pakis, Kecamatan Widang dan Dusun Ndasen, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu petugas hanya melihat wanita penjaga warung remang-remang yang lari ketakutan saat petugas datang.

Pencarian dan pengejaran kembali tak membuahkan hasil. Lorong kecil, gelap dan sempit menjadi andalan para wanita malam untuk lari dari jerat aparat. Kali ini, petugas harus pulang dengan tangan kosong. Dan hanya melihat calon pelanggan rumah “bordir” yang balik kucing saat melihat mobil razia lengap dengan lampu berkelip di atasnya.

Segala cara, mulai penangkalan dari dua arah, hingga masuk paksa sudah dilakukan. Ibarat kangkung, usai dipetik justru akan kembali bercabang. Meski gencarnya penegak Perda dan petugas gabungan untuk menumpas habiskan usaha yang kono katanya “lobang maksiat”, justru membuat pelakunya memiliki seribu cara untuk mengelabuhiya.

Kasi Penindakan Satpol PP Pemkab Tuban, Daryuti, menjelaskan bahwa operasi ini akan tertib dilakukan menjelang lebaran. Selain itu kegiatan yustisi ini juga dalam rangka bentuk antisipasi pelarian PSK Dolly, Surabaya. Dasar kegiatan ini mengacu pada Perda Kabupaten Tuban dalam Pasal 13 tahun 2002 tentang ketertiban dan ketentraman .

Hasil nihil kali ini, menjadi evaluasi petugas gabungan yang digawanginya. Kedepan, akan dilakukan operasi mendadak dengan sistem berbeda. “Kita fokus eks lokalisasi Gandul, Pakis dan Ndasen. Sebelumnya memang ada indikasi jadi kita operasi. Sementara nihil,” Ungkap Daryuti, Jumat (27/06/2013).  HANAFI