Topeng Monyet, Hiburan Rakyat Yang Masih Bertahan

TUBAN

Penulis : Hanafi

seputartuban.com – Hiburan rakyat topeng monyet atau yang biasa disebut warga Tuban sebagai Ketek Ogleng masih bertahan ditengah gerusan zaman. Seperti pertunjukan yang disuguhkan oleh Jamal (51), warga Kampung Monyet, Kecamatan Beger, Madiun, masih digemari oleh Masyarakat Tuban.

Ketika seputartuban.com melintas di kawasan Perumahan Karang Indah, Minggu (20/05/2012),16.00 WIB melihat kerumunan warga yang terdiri anak anak dan ibu-ibu sedang asyik melihat atraksi seekor monyet yang sedang melakukan beragam gaya.

Dengan alunan tabuhan gendang yang dipukul dengan sebathik oleh Jamal itu, monyet hitam mungi mulai keluar dari sarangnya dan menampilkan kebolehannya. Sembari menghentakkan tali rantai yang melilit di leher monyet, bapak anak 1 itu memberikan kode untuk monyetnya untuk menaiki sepeda mini, memakai topeng, membawa payung, menarik gerobak yang dibuat khusus untuk atraksi lessy nama sapaan monyetnya.

Dengan semangatnya lessy memeragakan atraksi naik mobil mobilan yang terbuat dari kayu sambil diiringi oleh alunan suara gendang yang khas. Selanjutnya atraksi tidak hanya sampai itu saja, yang paling unik adalah ketika lessy membawa kaleng bekas sisa tempat susu, sambil memutar menghampiri warga yang sedang terbawa oleh atraksi tersebut.

Ternyata tak lain hanyalah untuk meminta bunga bunga sosial dari pertunjukan apa yang telah disuguhkan oleh Jamal dan lessyi. Uang receh serta selembaran ribuan bertabur jatuh didalam kaleng bekas yang dibawa monyet berbaju merah tersebut sambil diikuti dengan tepuk riuh penonton.

Ketika saat usai pertunjukan, seputartuban.com berkesempatan menghampiri kakek 1 cucu itu, dari keterangannya menuturkan bahwa, setiap harinya dia hanya memeproleh penghasilan yang tidak menentu.

Apabila keberuntungan sedang berpihak padanya, terkadang memperoleh uang sebesar Rp.50.000 namun saat sepi penonton biasanya dia hanya mendapat Rp.15.000. “Perjuangan hidup harus tetap kita jalani mas,” ujar Jamal.

Terlihat kusut dibalik tawa senyumnya, suami Muhimah ini untuk pulang kerumahnya harus menunggu pundu-pundi rupiahnya mencukupi. Dan dapat dibawa pulang untuk diberikan pada keluarganya.” Saya pulang bila sudah ada uang, terkadang 2 minggu sekali baru pulang,” tambahnya.

Waktu kian senja dia harus meneruskan langkah kakinya untuk menelusuri jalan menanti keihlasan masyarakat yang melihat atraksi monyet itu, setiap harinya tak jarang dia harus berjalan kaki beralaskan sandal jepit hingga sejauh 20 KM, hanya untuk menawarkan jasa atraksi lessy,”sudah biasa mas, jalan 20 KM itu, tapi ya santai, terkadang juga istirahat,”pungkasnya.

Foto : Jamal dan Lessy usai melakukan pertunjukan