SPM Belum Mampu Menolong Balita Penyakit Langka

Sepatu khusus yang dimilik Pulung tidak lagi dapat digunakan dengan nyaman. Karena kondisi kakinya yang begkok

Penulis : Hanafi

SEMANDING

seputartuban.com – Kacung Budi (28) dan Tini Andriyati (24) keduanya adalah pasangan suami istri warga Dusun Tlogo, Desa Prunggahan Kulon, RT. 02, RW.11, Kecamatan Semanding, Tuban, harus menanggung beban berat.

Anak pertamanya, Pulung Refi Sugiarto (3) menderita sakit tulang keropos atau Displastic Bone Neurofibromatosis hingga saat ini belum dapat disembuhkan. Balita ini sejak umur 1 tahun 6 bulan sudah menderita kelainan tulang kaki kirinya. Hal ini membuat kedua orang tuanya sangat khawatir akan masa depan anakna.

Menurut hasil rontgen di Poli Ortopedi RSUD Tuban, menyatakan bahwa tulang kaki kiri pulung mengalami pengeroposan. Namun untuk memastikan jenis penyakit dan pemberian jenis obat, pihak RSUD Tuban memberikan rujukan ke DR Soetomo Surabaya.

Kacung Budi, saat ditemui dirumahnya, Rabu (23/1/2013) mengungkapkan kondisi keluarga semakin susah. Karena sangat membutuhkan biaya untuk berobat. Sedangkan Kacung hanya bekerja sebagai kuli bangunan saja. Diketahui pendapatan bersih ayah Pulung hanya Rp. 25 ribu per hari. Sedangkan, setelah divonis bahwa anaknya harus dirujuk ke Surabaya, Kacung harus mencari pinjaman uang untuk biaya pengobatan. Selain itu juga harus mempunyai biaya hidup saat perawatan anaknya.

Kebutuhan hidup semakin tidak tercukupi. Memaksa Kacung harus meminta surat tanda warga miskin. Namun surat yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Kesehatan, Pemnkab Tuban ini, dirasa kurang mencukupi pengobatan Pulung.

Surat pernyataan miskin nomor 405/SPM/I/2013 tertanggal 15 Januari 2013 yang dikeluarkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, hanya mampu menggratiskan obat dengan harga di bawah Rp. 50 ribu. Sedangkan, kebutuhan obat yang harus yang dibutuhkan Pulung rata-rata diatas Rp.70 ribu.

Selama 13 hari melakukan rawat inap di DR Soetomo pada tanggal 3 hingga 16 Januari 2013 anaknya sudah menjalani pengobatan jenis suntik injeksi standistik.  Setiap hari sedikitnya 1 kali suntikan. Bila dijumlah sudah  sebanyak 13 kali suntikan, dengan harga per- suntikan senilai  Rp. 353 ribu. belum lagi biaya jenis obat yang lain.

Saat ini kondisi Pulung, kaki kiri, tangan dan badannya penuh dengan luka jahitan. Kacung menambahkan bahwa itu adalah bekas luka jahitan yang digunakan untuk Open bioksi atau buka tutup daging. Tujuannya untuk ambil sempel tulang.

“Saya harus mencari biaya dulu untuk memenuhi undangan para profesor yang menangani anak saya. Terkadang saya juga harus indekos juga, karena prosesnya lama, ” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses