Premanisme Kerawak Dikeluhkan Warganet

seputartuban.com, MONTONG – Musim liburan Natal dan tahun baru  (Nataru) 2024 sudah usai, masyarakat menghabiskan waktu liburan di sejumlah tempat. Salah satunya dikenal dengan Sumber Kerawak, yang memiliki sumber mata air jernih.

Namun saat berlibur ada yang meninggalkan pengalaman yang tidak menyenangkan. Di Sumber Mata Air Krawak, kawasan Hutan KPH Parengan, BKPH Mulyoagung, RPH Mulyoagung, wilayah Desa Guwoterus, Kecamatan Montong, Kab Tuban.

Dari media sosial Instagram, dengan akun info_tuban mengunggah beberapa slide screenshot komentar tentang aksi pemalakan di lokasi tersebut. Postingan tersebut juga dibanjiri setidaknya 564  komentar dari warganet. Dan rata-rata komentarnya mengungkapkan pengalaman berkunjung di tempat tersebut.

Salah satu unggahan  dari akun tersebut merupakan luapan kekesalan dari pengunjung. “Min tulong sampekno kritikanku Iki bagi pengurus wisata krawak, winginane aku sempet rono karo bojoku. Tak kiro wisatane wes terbengkalai soale mulai jalan masuk sampek tempat wisatane jan gak keurus sama sekali. dan Luwih kagete maneh tiket lumayan larang menurutku, perorang 10k ijeg ditarik parkir 5k dadi aku mlebu 25k. mas Mase seng jogo jan gak ramah blas, diguyoni tikete larang lhakok malah ngamok- ngamok. Nek tiket sakmono terus wisatane resik terawat dan memadai mono Yo gpp min, tapi Iki masalai wisatane jan rusuh gak terawat, tulong sampekno mbokyo ojo mung duite tikete tok seng diurus. Tapi wisatane yo di urus ben wong ape mrono maneh gk males. Dan gak onok bukti tiket resmine cuma modal omongan mas Mase seng jogo Nang kono. Ape ados kali dadak dikon bayar 25k ngalah ngalai wisata seng apik seng luweh terawatt,” tulisnya

Akun tersebut menjelaskan bahwa dia dan istrinya saat berkunjung ke lokasi tersebut diminta biaya Rp. 10 ribu tiap orang dan parkir Rp. 5 ribu. Sehingga dia harus merogoh kocek Rp. 25ribu. Sedangkan kondisi lingkungannya tidak terurus. Serta saat ditanya biayanya mahal, justru marah-marah.

Dari postingan komentar ini juga menuai banyak respon dari warganet,salah satunya dari akun bernama Sekle945 menuliskan “Aku adalah salah satu korban wisata krawak”, tulisnya.

Serupa juga disampaikan akun yesinzxc “seh rawan helm ilang, jok motor dirogoh, sering ono cak malak (masih rawan helm hilang, jok motor diacak-acak, sering ada pemalakan-red),” tulisnya. Serta masih banyak lagi komentar komentar negative lainnya dalam postingan tersebut.

Menanggapi adanya komentar negatif tentang sumber mata air krawak, ADM KPH Parengan Irwanto Darwanto Djati, saat dikonfirmasi mengatakan soal pemerasan dan premanisme, agar sebaiknya yang bersangkutan sebagai korban membuat laporan ke polsek setempat  agar segera di tindaklanjuti. “Jika menjadi korban pemerasan, sebaiknya membuat laporan ke Polsek setempat agar segera ditindak lanjuti,” Kilahnya, Senin (8/1/2024).

Irwanto menjelaskan, lokasi kawasan hutan krawak semula sebagai wisata rintisan, namun ternyata dalam perjalanan waktu hasil evaluasi divisi regional tidak bisa dilanjutkan sebagai tempat wisata. Sehingga lokasi tersebut sudah tidak digunakan sebagai tempat wisata lagi. Dikembalikan ke fungsi sebelumnya. Pihak perhutani sudah melakukan penutupan lokasi wisata. “Kawasan hutan krawak bukan lagi menjadi tempat wisata dan sudah dikembalikan lagi sesuai dengan fungsinya,” tegasnya.

Lebih lanjut, pihaknya menghimbau kepada masyarakat. Jika masyarakat datang Ke lokasi krawak silahkan saja, pihak perhutani tidak akan pernah memungut biaya masuk. Akan tetapi harus menjaga lingkungan dan tidak boleh mengotori atau merusak lingkungan yang ada. Jika ada orang yang memungut tiket masuk agar ditolak. Jika yang menarik tiket mengaku-ngaku dari  petugas silahkan di foto dan laporkan ke perhutani atau ke Polsek setempat. “Saran saya jika dimintai uang sebagai tiket masuk baiknya ditolak saja dan tinggalkan lokasi tersebut, tidak perlu melayani yang mau meminta uang tiket,” harapnya.

Sementara itu, Kapolsek Montong, IPTU Waheru Purwantono menegaskan pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan pihak kecamatan serta Perhutani terkait dengan adanya premanisme di krawak. Dia berjanji akan dilakukan tindakan tegas ketika terdapat pelanggaran hukum.

“Sudah kita lakukan pengawasan di lokasi tersebut, kita akan tindak dengan tegas ketika diketahui ada aksi premanisme,” tegasnya. Di kawasan tersebut hingga sudah sejak lama dipakai oleh sekelompok orang untuk jadi ajang premanisme. Namun masih saja terjadi hingga saat ini. Mereka dengan leluasa melakukan aksinya hingga tidak berurusan dengan hukum. Mereka biasanya beroperasi saat hari libur maupun akhir pekan. RHOFIK SUSYANTO