seputartuban.com, RENGEL – Kelompok 54, program Pengabdian kepada Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktimu Negeri, jurusan hukum, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), membuat trobosan. Yakni merancang Rancangan Peraturan Desa (Raperdes) tentang Penangulangan Stunting. Hal ini merupakan pertama di Kabupaten Tuban.
Ketua kelompok PMM, Ahmad Fahri Setiaji, Senin (26/02/2024) menjelaskan pengadian di lakukan di Desa Maibit, Kec. Rengel, Kab. Tuban. Kelompoknya melakukan hal ini disebabkan masih butuhnya perhatian penanganan stunting di Kabupaten Tuban. Salah satu indikatornya masih tingginya stunting serta masih menjadi issue penting lokal sampai nasional.
“Kami ingin memberikan hal nyata yang berdampak jangka panjang kepada masyarakat secara nyata. Jika Raperdes ini disahkan menjadi Perdes, maka akan menjadi pertama di Kabupaten Tuban,” ungkapnya.
Ketua kelompok yang juga putra Wakil Bupati Tuban ini menambahkan, jika dapat ditindaklanjuti menjadi Perdes, akan memudahkan desa dalam menangani stunting. Karena sudah ada tahapan penanganan stunting mulai dari Calon Pengantin (Catin).
“Dasar hukum mulai UU, Perpres sampai Perda. Stunting dapat dibiayai dari Dana Desa. Kalau semua desa serius melakukan ini, kami yakin stunting dapat ditekan. Ini hanya soal keseriusan para pihak saja, bahwa penanganan stunting jangan formalitas saja,” tambahnya.
Proses pembuatan Raperdes Stunting ini dilakukan selama 1 bulan. Dengan menggali dari Bidan Desa tentang penanganan dan sosialisasi stunting. Melakukan riset lapangan hingga kajian akademik.
“Mahasiswa kami diharapkan memberikan pendikan hukum kepada masyarakat. Selain itu tahu bahwa Stunting itu ada Perpresnya. Serta membuat hal yang bermanfaat bagi masyarakat agar stunting menurun,” kata Dosen Pembimbing, Tinuk Dwi Cahyani, S.H., S.Hi., M.Hum.
Kepala Desa Maibit, Ahmad Ali mengatakan program mahasiswa UMM ini sangat membantu Pemdes Maibit dan masyarakat. “Bagi desa sangat membantu dengan adanya program dari kampus UMM ini. Karena sesuai program nasional penanganan stunting dan gizi buruk,” ungkapnya.
Selain itu, peran aktif mahasiswa kepada masyarakat secara langsung juga sangat bermanfaat. Karena menambah pengetahuan tentang stunting. “Apalagi di pemerintah Desa Maibiy sudah ada sosialisasi dor to dor selama 1 bulan lebih dan sudah di aplikasikan dalam rancangan pembentukan Perdes masalah penanganan stunting,” tegasnya.