Panen Raya Petani Semangka Inul Galau

JENU

TAK SEBANDING: Banyak petani semangka yang harus merugi akibat harga yang tidak sepadan dengan biaya operasional yang telah dikeluarkan. Seperti yang dialami salah satu petani asal Kecamatan Bancar, Handoko.
TAK SEBANDING: Banyak petani semangka yang harus merugi akibat harga yang tidak sepadan dengan biaya operasional yang telah dikeluarkan. Seperti yang dialami salah satu petani asal Kecamatan Bancar, Handoko.

seputartuban.com-Para petani semangka di Kabupaten Tuban resah menyusul terus anjloknya harga buah berbentuk lonjong serta identik dengan “viagra” ini di pasaran. Jika sepekan sebelumnya harga perkilonya masih dalam kisaran Rp 4. 000 kini tinggal Rp 1.500 saja.

Anjloknya harga buah yang akrab diberi nama Inul itu karena musim panen melimpah, dan banyaknya petani yang di musim kemarau yang menanam semangka. Faktor lainnya kualitas semangka lokal ini kalah bersaing dengan semangka kiriman dari luar Kabupaten Tuban. Dengan begitu membuat persaingan di pasaran otomatis kalah. Karena banyak penjual buah lebih memilih semangka berbentuk besar dan lebih manis.

Hasilnya, banyak petani semangka yang harus merugi akibat harga yang tidak sepadan dengan biaya operasional yang telah dikeluarkan. Seperti yang dialami salah satu petani asal Kecamatan Bancar, Handoko. Dari lahan seluas sekitar 1 hektar semuanya ditanami semangka. Biaya yang sudah dikeluarkan sekitar Rp 20 juta mulai dari bibit, pupuk, tenaga pemeliharaan, pengairaan dan perawatan.

Jelang panen tiba, semangka miliknya diprediksi akan mampu terjual sekitar Rp 45 juta. Namun, akibat anjloknya harga semangka lokal membuat dirinya merugi sampai puluhan juta. “Cuma terjual Rp 25 juta. Itu harga per kilonya hanya Rp 1.650. Di pasar cuma terjual Rp 2.500, sudah tidak bisa naik lagi, ” terang bapak tiga anak itu.

Senada juga disampaikan Asmuni petani asal Kecamatan Jenu. Dirinya juga mengalami kerugian tak sedikit akibat murahnya harga semangka. Prediksi harga di musim panen tidak sesuai dengan harapan. Dirinya menduga ada permainan para tengkulak buah di saat panen tiba.

Buktinya, harga semangka sebelum musim panen bisa mencapai Rp 4.000 sampai Rp 4.200 per Kg nya. Saat panen tiba justru menurun, dengan alasan rasa dan permintaan buah semangka luar daerah lebih diminati.

“Saya kira ini permainan tengkulak saja. Buktinya kalau dijual di supermarket sama saja hasilnya. Kita hanya bisa menjual di tengkulak, karena tidak punya pasaran (tempat penjualan), ” ucap Asmuni.

Sementara itu, Kabid Perekonomian Dinas Perekonomian dan Pariwisata, Pemkab Tuban, Imron Achmadi, mengatakan harga semangka di kabupaten Tuban relatif tidak ada yang berubah. Hanya saja nilai tawar di setiap kecamatan berbeda. Disesuaikan dengan jenis buah, berat dan rasanya.

Faktor kerugian tidak saja karena kalah bersaingnya harga dengan buah luar daerah. Pastinya, buah semangka hasil petani kurang baik. Sehingga peminat pasaran lebih memilih buah luar daerah seperti dari Kabupaten Malang, Kediri, dan Nganjuk.

“Harga itu bersaing. Kerugian karena manajemen yang salah sehingga banyak pengeluaran dari pada pendapatan juga menjadi faktor,” ungkap Imron. HANAFI

Print Friendly, PDF & Email