Nenek Pemecah Batu, Legowo Meski Gagal Berangkat Haji

Penulis : Hanafi

PARENGAN

seputartuban.com – Basri Ismail Kasmilah (60) warga Desa Sugihwaras,  Gg Netral, RT. 07, RW. 03, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban adalah wanita sebatangkara. Tinggal dirumah berdinding kayu dan berlantai tanah. Ruang tamu hanya terdapat satu meja panjang dan 2 tempat tidur yang sudah dipenuhi perabot rumah tangga.

Keseharianya sebagai petani dan pemecah batu kali sebagai sumber kehidupanya. Dari pekerjaanya memecah batu dalam sepekan hanya mampu mengumpulkan uang Rp. 75 ribu. Batu kali yang dikumpulkan dari belakang rumahnya berjarak sekitar 50 meter lalu dikumpulkan dan dipecah. Setelah terkumpul 3 kubik, baru diberi oleh pengepul seharga Rp. 75 ribu.

Saat seputartuban.com berkunjung kerumahnya, Sabtu (20/10/2012), nenek yang tidak memiliki anak ini menuturkan bahwa selain menjadi pemecah batu dirinya juga menjadi buruh tani. Dengan pernghasilan sehari Rp. 10 ribu. ” Makan ya seadanya, kadang dari kerja dapat makan, saya sangat ingin haji, jadi harus irit, ” pungkasnya.

Niat mulia Basri untuk menjadi tamu Allah SWT, terbersit sejak 7 bulan lalu atau Maret 2012. Dirinya membicarakan dengan keluarganya tentang niatnya berhaji.

Kemudian atas saran adiknya yang bernama Samsi (50) warga setempat diarahkan agar melalui Suwaji, warga Kabupaten Bojonegoro.  Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam proses pendaftaran haji, akhirnya menuruti apa saja yang disarankan Suwaji.

Kemudian dirinya menjual 1 hektar sawah dan sapi untuk mengumpulkan dananya. Namun meski sudah membayar Rp. 98 juta, diirinya gagal diberangkatkan ke baitullah, karena alasan dari biro perjalanan adalah Paspor Basri belum ditanda tangani petugas di Jakarta. Dan uangnya baru dikembalikan Rp. 13 juta, sisanya disuruh menunggu.

Dan Basri tidak melaporkan kejadian ini kepihak Polisi. Karena dirinya berharap hal ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

Foto : Basri saat melakoni pekerjaanya sebagai pemecah batu disamping rumahnya