JENU
seputartuban.com – Mak Nduk (50). Begitulah warga Dusun Sedinding, Desa Sekardadi, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban memanggilnya. Sejak jam 02.00 WIB dini hari, mengawali kisahnya memburu Gayam jatuh.
Kepada seputartuban.com, Sabtu (16/03/2013), ibu 2 anak ini menceritakan cerita hidupnya. Yang penuh perjuangan dan keikhlasan. Untuk menyambung hidupnya, wanita ini harus berjalan hampir 20 KM agar sampai kelokasi buruan pohon gayam yang jatuh buahnya.
Berbekal ember plastik (bak) dan sebuah senter. Wanita yang hingga saat ini belum mengetahui orang tuanya ini berjuang menyambung hidupnya. Sejumlah kawasan di Kecamatan Merakurak, Kecamatan Kerek, hingga Kecamatan Palang ditempuh jalan kaki.
Setiap hari, dia terkadang memperoleh 10 hingga 50 biji gayam. Dan setelah terkumpul hingga 100 biji baru dapat dijual. Untuk mengumpulkan hingga memenuhi jumlah tersebut. membutuhkan waktu antara 5 hingga 6 hari. Para tengkulak buah yang biasa dimanfaatkan untuk makanan ringan jenis kripik ini datang kerumahnya.
Setiap 100 biji gayam dihargai Rp. 25 ribu. dan untuk sekali jual, Mak Nduk hanya mampu mengumpulkan sekitar 300 biji hingga 500 biji. Namun bila lagi musim buah, bisa menjual hingga 700 buah. ” Kalau tidak banyak pembelinya tidak mau. Terkadang kalau musimnya, saya bisa balik 2 kali. Tidak muat bak saya. Kalau sepi kadang juga cuma dapat 10 buah, ” katanya.
Ibu 2 anak ini mengaku bahwa tetap menekuni bekerjanya karena demi asap dapur tetap mengepul. Karena suaminya, Kasmu (55). Hanya bekerja sebagai pencari kodok, ular dan bekicot. Dengan pendapatan harian antara Rp. 3 ribu sampai Rp. 15 ribu. Ini sudah dilakoni sejak 20 tahun terakhir.
“Kalau saya tidak membantu suami, mau makan apa mas. Hasil suami saya masih kurang. Memang terpaksa, mau apalagi, ” tuturnya.
Sedangkan 2 anaknya sudah berkeluarga. Dan konsdisi ekonominya tidak jauh berbeda dengan Mak Nduk. Sehingga tidak dapat membantu kesulitan yang dialaminya. Tidak hanya itu, saat dirumah juga kepiluan selalu menyelimuti.
Pasalnya, rumah yang berdinding anyaman bambu. Dan berlantai tanah, selalu tergenang jika hujan lebat menerpa. Angin malam menorobos masuk rumah. Melalui sela-sela dinding bambu, menjadi hal biasa. Meski demikian kondisinya terbatas, dirinya tidak pernah menggantunkan harapan. Untuk mendapatkan bantuan dari para dermawan, apalagi Pemerintah. Karena memang selama ini harus berpeluh keringat untuk tetap dapat mempertahankan kehidupanya.
Diketahui, Di daerah kapur atau juga bisa pada daerah-daerah yang lembab. Tumbuh subur sampai pohonya tinggi menjulang. Gayam dikenal dengan nama latin Inocarpus fagiferus. Biasanya dimanfaatkan untuk makanan ringan jenis keripik. (han)
Maaf yaa… Nyoba’ ngoment..