Lagi, Keluarga Miskin Luput Mendapatkan Perhatian

Penulis : Hanafi

SEMANDING

seputartuban.com – Nampaknya masih ada warga di Kabupaten Tuban yang luput mendapatkan perhatian dari Pemkab Tuban. Seperti yang dialami oleh Kamisih (50), warga Dusun Sendang Pancur, RT. 02, RW. 05, Desa Genaharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.

Saat seputartuban.com, Selasa (18/12/2012), Kamisih menceritakan dengan segala keterbatasan yang dimiliki, dirinya tidak setiap hari dapat membeli beras untuk makan. Namun banyak memakan sawut (singkong yang dihaluskan) atau nasi jagung lauk kerupuk. Ditambah kondisi fisiknya yang menderita sesak nafas membuat hidup makin terasa berat.

Tidak hanya itu Tuminah Asih (27), anak semata wayangnya sejak kecil sudah cacat dan lumpuh. Sehingga tidak dapat beraktifitas layaknya wanita lain seusianya. Memandikan hingga menyuapi makanan harus dilakukan Kamisih. Tidak hanya itu, kedua orang tuanya bernama Lasiman (85) usai menjalani operasi tumor 2 tahun lalu dan Sakini (85) menderita katarak.

Kondisi ini membuat Kamisih tidak dapat pergi jauh dari rumah untuk mencari nafkah. Karena harus merawat anak dan kedua orang tuanya. Sehingga Kamisih hanya mengandalkan usaha bercocok tanam kunyit diladang pekarangan sekitar rumahnya. “mau bagaimana lagi, seadanya kita syukuri saja,” ungkapnya.

Tanaman kunyit itu setahun sekali baru bisa dipanen, dan hanya menghasilkan sekitar 10 Kg hingga 20 Kg setiap panen. Dan penjualanya didatangi pembeli dengan harga per-Kg Rp. 500 hingga Rp. 600. Dengan semua keterbatasan yang dimilikinya, membuat beban hidup makin terasa berat.

Hal ini nampak dari kondisi rumahnya yang seadanya. Mulai bangunan rumah, lantai hingga kamar mandi dengan kondisi hanya sebuah ember kecil dipojok rumah. Dan penutup  dari dedaunan kering serta banner bekas. Bahkan untuk buang air besar saja, harus pergi ke semak-semak dibelakang rumahnya, karena tidak memiliki WC.

Penerangan rumah yang dibantu dari menyalur aliran listrik tetangga, yang sebelumnya hanya menggunakan lampu minyak. Saat ditanya terkait bantuan dan perhatian pihak pemerintah, dirinya belum pernah mendapat bantuan dalam bentuk apapun. Bahkan untuk bantuan berupa beras miskin (raskin) setiap 2 bulan sekali itu, dirinya hanya mendapat bagian 12 Kg dan itu harus mengganti uang pembelian sebesar Rp.12 ribu.

“Saya hidup dengan anak dan kedua orang tua, anak saya sudah cacat sejak lahir. Ibu juga sudah tua dan sakit matanya, bapak itu pernah operasi jadi tidak bisa kerja. Setiap hari itu menunggu dikasih tetangga, “ungkapnya.

Foto : Kamisih saat menyuapi anaknya yang cacat sejak lahir dan saat bersama ibunya

Print Friendly, PDF & Email

1 komentar

  1. Lw ada raskin kan jatahnya orang yg pro yg punya jabatan, kasihan orang yg benar” membutuhkan . Namanya raskin tp yg dpt orang yg mampu , coz dijual untung . Heyy mnusia”……. Wahai orang” yg mampu sadarlah , msh bnyk orang” yg mmbutuhkan bantuan . Lw ada uang bantuan dr pmerintah jgn diembat pengurusnya

Komentar ditutup.