Penulis : Muhaimin
KEREK
seputartuban.com – Kekeringan nampaknya sudah menjadi langganan sejumlah desa di Kecamatan Kerek. Meski sudah sudah bertahun-tahun, nampaknya kondisi ini tetap bertahan. Salah satunya di Dusun Sidorejo, Desa Gaji, Kecamatan Kerek ini.
Saat musim kemarau warganya harus rela antri sampai malam untuk mendapatkan air dari sumur warga. Karena debit air yang terus berkurang, atau dengan membeli air Rp. 500 tiap jerigen ukuran 35 liter. Jika kedua cara ini dirasa memberatkan, maka warga juga dapat mengambil air dari desa sebelahnya yakni Desa Wolu Tengah dengan jarak tempuh 1 KM.
Sekretaris Himpunan Petani dan Pengguna Air Minum (HIPPAM) Tirto Binangun, Muhlisin kepada seputartuban.com, Sabtu (01/09/2012) mengatakan bahwa Dusun Sidorejo tidak dapat dialiri air HIPPAM karena kendala teknis. Yaitu posisi dataran dusun tersebut lebih tinggi dengan jarak menempuh 4 KM. “Saya berharap untuk kawasan tersebut dapat dibantu pembuatan sumur bor dan pembuatan saluran air, agar warga lebih mudah hidupnya. Karena kalau dari HIPPAM memang sangat sulit kondisinya,” jelasnya.
Kekeringan juga melanda di Desa Sidonganti, kecamatan yang sama. Di desa ini terdapat di Dusun Tegal Guwo harus rela menempuh jarak 3 KM untuk mengambil air bersih. Serta di Dusun Sidonganti, masyarakat jika tidak ingin repot maka dapat membeli air dengan harga Rp. 7.000 untuk 4 jerigen masing-masing ukuran 35 liter.
Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Trantang, yakni di Dusun Sumberasih dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sekitar 312 dan Dusun Sumberarum dengan jumlah KK 325. Sementara itu dalam pertemuan HIPPAM se-Kecamatan Kerek dengan Komisi B DPRD Tuban, di Kantor Kecamatan Kerek, Jum’at (31/08/2012) terungkap dari 17 Desa, sebanyak 7 desa diantaranya belum memiliki jaringan air bersih.
Foto : Warga sidonganti saat mengambil air bersih
Eeeee yo sabar bos. Bupati janjine yo …., sing diperhatikan cuman hanya orang-orang yang mau sholat saja.