Keluarganya Begini, Luput Dari Bantuan Pemerintah

sepurartuban.com, TUBAN – Andika Rama (15), anak kedua dari dua bersaudara pasangan Aris Kristanto (48) dan Endang Kusmiyati (47), warga Gang I No. 817, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban. Meski usianya sudah menginjak remaja, namun kondisinya masih jauh dari kondisi anak sebayanya.

Menurut Endang, (Ibu), Andika lahir secara normal tapi sungsang (terbalik), mengidap penyakit hepatitis hingga menyerang livernya. Selain itu, hasil pemeriksaan labolatorium rumah sakit, dia juga divonis hernia hingga penyempitan otak. Akibatnya sempat mengalami koma.

Berbagai pengobatan sudah dilakukan. Bahkan sudah keluar masuk rumah sakit untuk berobat, sampai mau masuk di meja operasi, namun seluruh upayanya belum mendapatkan hasil yang memuaskan.

“Dulu sebelum sakit kalau dikudang (ditimang) masih bisa merespon dengan senyum dan tertawa.Namun saat usai sakit sudah tidak bisa merespon ketika di timang,” ungkap Endang sambil menyeka tetesan mata, saat ditemui di rumahnya, Jumat (5/5/2023).

Endang mengungkapkan, kondisi saat ini pertumbuhan fisik anaknya juga terganggu. Selain secara fisik tidak normal, juga tidak dapat diajak berkomunikasi. Anaknya hanya dapat merintih dan memelintir badan (molet) dan tersenyum dengan sendirinya.

“Setiap hari memakai popok, untuk makan setiap pagi hari bubur dan siang hari nasi yang sudah di haluskan. Ketika waktunya makan, jamnya ya saya sendiri yang menentukan,”  ujarnya.

Kondisi keluarganya semakin terpukul saat suaminya diberhentikan kerja. Saat Covid-19 lalu, perusahaan provider tempat kerja Aris Kristanto melakukan pengurangan karyawan bagian teknis. Sejak saat itu pendapatan keluarga semakin tidak jelas lantaran menganggur. “Dulu bekerja di salah satu provider yang ada di Tuban. Karena pandemi Covid-19 di berhentikan karena pengurangan karyawan,” jelasnya.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, keluarga sederhana ini hanya mengandalkan hasil toko kelontong yang dibuat di dalam rumah dengan hasil tidak seberapa. Ruang tamu disekat dengan triplek kemudian dipakai toko kelontong.

Kondisi keluarga demikian yang berada di kawasan kota, nampaknya masih luput dari perhatian pemerintah. Meski sudah sering didata untuk diusulkan menerima bantuan, namun tetap saja bantuan pemerintah tidak ada.

“Dari dulu kami tidak pernah mendapatkan bantuan jenis apapun. Dari pihak kelurahan pernah dilakukan pendataan, namun ketika ada bantuan turun, kami tidak pernah terdata dalam bantuan tersebut,” tegas Endang.

Keluarganya berharap mendapat perhatian dalam bentun bantuan dari pemerintah. Karena hal itu dapat mengurangi beban ekonomi keluarga yang sangat perlu mendapatkan bantuan. “Saat ini, hanya mengandalkan hasil dari penjualan toko kelontong. Kadang juga dibantu dari kakaknya yang berkerja di serabutan. Semoga pemerintah dapat  membantu untuk mengurangi beban ekonomi keluarga kami,” harapnya.

Sementara itu, Lurah Kebonsari, Suwandi membenarkan bahwa pihaknya sudah mendata keluarga tersebut untuk menerima program bantuan. Namun ketika datanya sudah diusulkan sebagai penerima bantuan, berbeda dengan data yang diterima. Data usulan tersebut tidak masuk dalam daftar penerima bantuan, data yang lama yang dipakai. “Kita sudah beberapa kali melakukan pendataan untuk diajukan bantuan, namun ketika turun data yang lama yang masih digunakan,” ungkapnya. RHOFIK SUSYANTO

Print Friendly, PDF & Email