Kapal Crane Bekas Proyek Terbengkalai

TAMBAKBOYO

seputartuban.com – Sebuah Kapal Crane yang dulu pernah di pakai Pabrik Semen Holcim untuk pengerukan akhir tahun lalu  hingga saat ini masih terbengkalai di pesisir pantai Desa Sabontoro, Kecamatan Tambakboyo. Belum ada upaya pemindahan kapal tersebut sehingga dikhawatirkan berdampak buruk terhadap sekitarnya.

DIBIARKAN : Kapal Crane yang sudah berbulan-bulan dibiarkan saja
DIBIARKAN : Kapal Crane yang sudah berbulan-bulan dibiarkan saja

Kapal bernomor GT.1082.NO.2394/Ka 2008.Ka.No.36/L dengan panjang sekitar 15 meter dan tinggi 10 meter itu sudah lama mangkrak dan mulai berkarat. Di bagian depan kapal sedikit miring kebawah dan diatas kapal juga tergenang air akibat masuknya air laut dan hujan. Bahkan badan kapal mulai tertutupi pasir dan belum dilakukan penanganan secara pasti.

Menurut penjaga kapal crane Warga Desa Sabontoro, Aldi, mengatakan kapal tersebut dibawa dari Kalimantan ke Tuban untuk digunakan proyek sampai mesinnya tak berfungsi, sehingga dibawa ke pinggir pantai. “Karena mesinnya mati, maka dibawa ke bibir pantai,” ujar Aldi, Sabtu (27/8/2016).

Aldi melanjutkan bahwa pemilik kapal crane tersebut juga sudah mengambil mesin kapal agar tidak berkarat dan hanya menyisakan alat pengangkut kontrainer ke atas kapal. Rencananya kapal tersebut nantinya akan dilelang kepada pihak ketiga. Sehingga dirinya beserta rekannya hanya diperintahkan untuk menjaga kapal tersebut agar tidak dicuri.

Sementara itu, Corperate Communication East Java, PT Holcim Indonesia Tbk, Indriani Siswati, menyampaikan bahwa kapal crane tersebut dulunya pernah digunakan untuk melakukan pengerukan saat proyek pembangunan pelabuhan khusus (Jetty) PT Holcim Indonesia. “Kontraknya sudah berakhir di bulan November tahun 2015,” katanya.

Hingga saat ini, pihak PT Holcim Indonesia sudah mengirimkan 2 surat resmi kepada kontraktor penyewa kapal maupun pemilik kapal tersebut untuk segera memindahkan kapal. “Saat ini Holcim akan mengirimkan surat ke 3 yang ditujukan kepada Kepala Unit Pelaksana Pelabuhan Brondong untuk meminta bantuan mendemobilisasi kapal tersebut,” tegasnya.

Keberadaan yang tak terurus tersebut juga dikhawatirkan mengganggu lingkungan sekitar. “Kami mengantisipasi akan adanya moonson atau angin barat. Dikhawatirkan nantinya bisa terbawa arus menuju Jetty Holcim dan merusak peralatan yang ada,” jelasnya.

Indri menegaskan bahwa kapal crane yang terbengkalai tersebut sudah di luar tanggung jawab perusahaanya. “Jadi keberadaan kapal tersebut sudah di luar tanggung jawab Holcim,” pungkas Indri. USUL PUJIONO

Print Friendly, PDF & Email