Penulis : Hanafi
MERAKURAK
seputartuban.com – Usia yang tak lagi muda, namun kebutuhan hidup tetap saja harus dipenuhi. Hal ini membuat Sukarmi (75) warga Dusun Mendalan, RT. 02, RW.03, Desa Mandirejo , Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, tetap melakoni pekerjaannya membuat atap dari daun sagu (Welit).
Kesehariannya dalam membuat welit dimulainya sejak masih kecil, sampai akhirnya dia dijuluki kakek welit (mbah welit). Pekerjaan ini terus ditekuninya agar dapur tetap mengepul untuk menyambung hidupnya.
Kepada seputartuban.com, Rabu (3/10/2012) mengatakan dalam sehari, dirinya hanya mampu membuat 50 lembar welit. Padahal untuk 100 lembar cuma dihargai Rp. 20.000. Dengan pendapatan sehari hanya berkisar Rp. 10.000 kakek 3 anak ini harus tetap mencukupi kebutuhan sehari- hari.
Hal ini sudah dilakoninya lebih dari 56 tahun lamanya, namun tidak pernah mengeluh ataupun ingin berganti pekerjaan. Alasannya, selain keahliannya, membuat welit merupakan warisan leluhur yang harus dia lakukan. “Membuat welit itu seperti kita bisa mengayomi orang, ” ungkapnya.
Foto : Mbah Welit saat melakukan pekerjaanya