Ditengah Keterbatasan, Penderita Amandel Mulai Susah Bicara Dan Sesak Nafas

Penulis : Hanafi

MERAKURAK

seputartuban.com – Ditengah keterbatasan ekonomi, Astutik (46) Ibu empat anak warga Dusun Karangwinangun, Desa Tuwiri Wetan, Kec. Merakurak, Kab. Tuban, harus tetap menahan rasa sakit, akibat amandel (konsilitis) yang dideritanya makin parah sejak 3 tahun yang lalu.

Saat seputartuban.com bertandang kerumahnya, Sabtu (26/05/2012) Astutik didampingi Jamin (50) suaminya, menceritakan perihal penyakit yang diderita keluarga miskin ini. Dirumah yang berdinding bambu dan beralaskan tanah ini, ternyata semangat hidup dan selalu berusaha nampak terpancar.

Pasalnya meski memiliki keterbatasan ekonomi, dan kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang dimilikinya tidak lagi dapat menjadi garansi pengobatanya, Astutik dan suaminya tetap bertahan. Ke-empat anaknya hingga saat ini masih tetap disekolahkan, ada yang masih SD dan SMA.

Sakitnya Astutik, sejak 3 tahun yang lalu yang berawal dari sebuah benjolan ditenggorokanya. Lama-lama menjadi besar dan membuat tenggorokan terasa sakit. Pihak keluarga pernah memeriksakan kepuskesmas, dan rumah sakit, bahkan sempat menjalani pengobatan alternatif namun tidak ada perubahannya.

Rumah keluarga Astutik

 Sempat juga dari pihak RSUD Tuban, membuatkan surat rujukan untuk dibawa ke rumah sakit  DR. Soetomo,  Surabaya. Dan setelah diperiksakan dikter mendiaknosa bahwa penyakit yang diderita Tutik adalah adalah, dengan alasan keterbatasan alat, pihak rumah sakit tidak mau menjalani operasi. “sempat periksa kerumah sakit umum, dan dari pihak rumah sakit bilang ini penyakit tumor ,” tutur Jamin, suami Astutik.

Namun karena keterbatasan biaya, akhirnya pihak keluarga hanya merawat Tutik dirumah sederhana tersebut. Meski sudah memegang surat JAMKESDA nyatanya masih saja menemui kendala, selain krumitan administrasi yang harus dilalui, juga soal biaya tambahanya. Yakni biaya transportasi dan biaya hidup jika memang dilakukan operasi juga menjadi kendala penting bagi keluarga ini.

Kini, amandel Astutik sudah mengganas. Besarnya hingga berdiameter sekitar 3 hingga 4 Centi Meter, tak pelak ibu yang sudah memiliki cucu itu selalu merasakan sakit luar bisas tiap waktu. Karena hampir menutupi seluruh lobang rongga tenggorokanya.

“Saya gak ada biaya mas buat berobat, paling hanya pengobatan alternatif saja,” tutur Tutik dengan lirih.

Tubuhnya semakin hari semakin kurus karena asupan makannan gizi yang didapat dari makanan tidak terpenuhi dengan baik. Dengan keadaan tersebut  Astutik hanya makan makanan yang lunak saja. Semisal nasi yang sudah dilunakkan, roti dan mie. Itupun saat makan Tutik harus menahan sakit akibat makanan yang ditelanya tersandung benjolan amandelnya.

Bila rasa kambuh, yang dirasakan adalah panas dingin dan sesak nafasnya. Selain sesak dan sakit pada amandelnya, benjolan pada kerongkongan tenggorokan itu sesekali juga sempat keluar nanah, biasanya ketika badan panas tinggi dan tensi darah naik. “Pernah keluar nanah, rasanya pahit dan perih mas,” keluh Astutik.

Diluar itu, pihak Kepala Desa. Dan aparat Desa saat dikonfirmasi terpisah, mengaku sudah membantu semampunya, dalam pengobatan. Dan bidan yang sempat memeriksa Tutik, menyatakan bahwa penyakit yang diderita bukan tumor, melainkan penyakit amandel yang sudah sangat parah dan harus dioperasi.

“dulu waktu periksa dalam rangka pengobatan gratis terlihat seperti amandel, dari tim kesehatan juga sudah menyarankan dan mengarahkan untuk segera diopersasi. biar kejadiannya tidak separah ini” kata Bidan tersebut.

Akiat penyakit ini, Astutik tidak lagi dapat bekerja sebagai buruh tani untuk membantu perekonomian keluarganya. Dan alhasil hanya mengandalkan pendapatan suaminya yang sehari-hari bekerja seadanya. Keluarga ini sangat membutuhkan pihak-pihak terkait untuk meringankan bebanya. Baik dari kalangan pemerintah hingga perusahaan swasta yang berada disekitar Kecamatan Merakurak.

Foto : Astutik didampingi Jamin saat ditemui seputartuban.com, dan kondisi rumahnya

Print Friendly, PDF & Email