Penulis : Hanafi
TUBAN
seputartuban.com – Keberadaan Api Flare, Joint Operation Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB PPEJ) disoal petani setempat. Pasalnya warga menuding akibat panasnya pembakaran gas buang tersebut mengakibatkan tanaman sekitarnya gagal panen sepanjang tahun.
Rohmad Mustakim (30), warga Dusun Mudiharjo, Rt.01, RW.06, Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, harus rela tanaman di ladangnya gagal panen. Bapak 1 anak ini memiliki lahan seluas 1 Ha yang ditanami kacang kedelai, kacang hijau dan jagung. Namun setelah 3 bulan ditunggu panen justru malah merugi.
Menurutnya, akibat terkena api dari sisa gas buang pengeboran JOB PPEJ, karena api flair itu mengakibatkan panas hingga radius 700 M. Karena api flair dimalam hari membuat proses pengembangan tanaman menjadi tidak baik, terbukti dengan tanaman mengerut, dan tidak bisa berbuah.
Kerugian yang dideritanya, mulai dari sebelum tanam, masa perawatan atau pemupukan, dan perairan untuk 1 Ha lahannya mencapai Rp. 8 juta. “Saya itu sudah mempunyai KK sendiri, namun rumah saya masih dengan orang tua. Dan sekarang meskipun sudah sendiri tetap belum mendapatkan kompensasi, ” katanya.
Terpisah, Kepala Bidang Analisa Dampak Lingkungan (Andal), Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Tuban, Sunarko, saat dikonfirmasi, Rabu (7/11/2012) mengatakan dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) JOB PPEJ akan ditinjau ulang. Hal ini karena banyaknya warga yang mengeluh akibat panas yang ditimbulkan.
Namun disoal gagal panen petani, menurut Sunarko perlu ditinjau dari beberapa aspek. Namun pihaknya tidak menyangkal apabila kerusakan tanaman bisa terjadi karena panas dari api gas buang tersebut. “Nanti akan ditinjau ulang Amdalnya. Karena dokumen Amdal itu mempunyai batasan tertentu, harus dilihat dahulu, ” ungkapnya.
Foto : Rohmad Mustakim (30), warga Dusun Mudiharjo, Rt.01, RW.06, Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban saat menunjukkan tanamanya gagal panen.