Laporan Khusus Kegiatan Media Gathering PT Semen Indonesia dengan Wartawan Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro di Bali, Rabu (8/8/2018) sampai Jumat (10/8/2018).
seputartuban.com, BALI – PT Semen Indonesia selama 3 hari sejak Rabu (8/8/2018) sampai Jumat (10/8/2018) mengadakan media gathering dengan puluhan wartawan yang bertugas di wilayah Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro. Puluhan wartawan itu diajak mengunjungi beberapa lokasi wisata di pulau dewata hingga pemahaman nasionalisme khususnya dalam persaingan semen nasional.
Media Gathering Wartawan
Puluhan wartawan dari media koran, media online dan TV mengikuti media gathering. Mereka diajak mengunjungi Garuda Wisnu Kencana (GWK), Pementasan Tari Kecak, Desa Adat Penglipuran, Pusat Pengembangan Kopi dan Tirto Empul.
Para jurnalis mengetahui secara langsung upaya pengembangan dan pengelolaan wisata di Bali oleh masyarakat hingga menjadi sumber penghidupan serta menjadi salah satu tujuan utama wisata dunia. Dengan wisata mampu membangkitkan perekonomian masyarakat, serta menjadi sumber pendapatan pemerintah daerah dan negara. Lebih banyak dari itu nilai manfaat secara langsung maupun tidak langsung hasil pengelolaan wisata.
Peran wartawan bagian terpenting dalam pengembangan wisata daerah. Dengan kunjungan itu, para awak media diharapkan lebih aktif dalam berperan positif peningkatan wisata daerah. Dalam membangkitkan semangat dan edukasi masyarakat sadar wisata. Serta meningkatkan peran pemerintah dalam turut serta aktif dengan masyarakat membangkitkan pariwisata.
Karena pada dasarnya setiap daerah memiliki potensi pariwisata yang berbeda. Jika hal itu digali dan dikembangkan dengan serius oleh para pihak terkait, akan membuahkan hasil yang tidak jauh beda dengan Bali.
Demi Indonesia Menangkan Persaingan
Persaingan bisnis persemenan di tanah air kian hari semakin ketat. Bahkan “memaksa” sejumlah perusahaan kelas dunia yang membuka usaha semen di tanah air mulai gulung tikar. Karena ketatnya persaingan sesama perusahaan semen dunia yang melebarkan sayapnya di tanah air. Modal yang besar serta teknologi terkini ditambah murahnya tenaga kerja mampu membuat perusahaan semen luar negeri lebih irit operasional sehingga dapat menjual semen lebih murah.
Hal itu menjadi tantangan yang harus tetap dimenangkan PT Semen Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang hingga kini masih memimpin pasar semen nasional. Hal itu disampaikan Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia, Agung Wiharto, Kamis (9/8/2018) malam di salah satu hotel kawasan Denpasar, Bali. “Hingga saat ini kita masih memimpin pasar. Ini tugas dari negara yang harus kita menangkan. Jangan sampai semen di Indonesia dikuasai oleh asing semua,” jelasnya.
Diantaranya adalah mencukupi kebutuhan semen di Puncak Jaya, Papua. Dengan medan yang berat dan jauh menambah biaya transportasi menjadi mahal. Karena pengiriman dari Kapal Laut bersandar di Timika harus dikirim melalui jalur udara dan darat untuk sampai ke Puncak Jaya dengan kebutuhan 3,600 ton/bulan. Namun tetap harus dijual dengan harga terjangkau. “Kita harus menghitung semua segala faktornya. Namun saudara kita disana (Puncak Jaya) harus tetap tercukupi kebutuhan semen dengan harga wajar,” katanya.
Dalam upaya memenangkan persaingan pasar, Semen Indonesia saat ini tengah melaksanakan efisiensi, efektifitas dan optimalisasi perusahaan. Dari bahan baku, kebutuhan penunjang hingga personalia. Serta melakukan sejumlah langkah strategis lainnya agar beban perusahaan semakin ringan dan mampu bersaing dengan perusahaan semen asing.
Sekretaris Perusahaan yang juga mantan wartawan itu mengungkapkan pada tahun 2014 terdapat 7 perusahaan semen yang beroperasi di Indonesia dengan kapasitas 69,4 miliar ton/tahun. Namun sejak 2017 bertambah menjadi 15 perusahaan dengan kapasitas 107,4 miliar ton/tahun dengan kapasitas terbanyak tetap dari PT Semen Indonesia. Banyaknya perusahaan semen ditambah naiknya biaya bahan batubara, listrik dan transportasi membuat situasi makin sulit. Hingga membuat sejumlah perusahaan gulung tikar, bahkan perusahaan semen kelas dunia yang beroperasi di tanah air juga mengalami hal yang sama.
“Sekarang tidak ada pemain nasional (perusahaan semen nasional) yang melawan pemain asing. Perusahaan semen dunia dan lokal mulai berguguran, namun ada perusahaan group semen dari asing yang terus mengembangkan dirinya,” imbuhnya.
Selain kondisi itu, PT Semen Indonesia yang merupakan BUMN harus tetap mematuhi aturan perundangan yang berlaku. “Kita sebagai agen of change harus tetap memperhatikan SCR, perekrutan dan pemberhentian tenaga kerja, ongkos kerja dan lainnya. Sementara mereka (pemain asing) tidak, buktinya sudah banyak. Ini juga tantangan kita yang harus tetap dipertahankan,” ungkap Agung.
PT Semen Indonesia dalam memenangkan persaingan bisnis persemenan tanah air sangat erat hubungannya dengan nasionalisme. Sehingga sangat perlu mendapat dukungan dari lintas sektor dan lintas masyarakat. Agar “tidak menjadi penonton di negeri sendiri” serta semen dikuasai asing.
“Intinya semen adalah industri strategis, bahan baku juga tida dapat diperbaharui. Semen dibutuhkan untuk menunjang pembangunan dan perumahan rakyat. Jika industri semen dikuasai perusahaan BUMN, maka pemerintah turut involve jika terjadi anomali,” tegasnya.
Para “pemain asing” yang mengeruk potensi alam Indonesia menjadi semen akan menambah keuntungan mereka. Bahkan di negara-nya, potensi alam masih tertap terjaga karena tetap dapat memproduksi semen dari Indonesia. “Jika semen dikuasai asing, dan dapat mengatur distribusi dan produksi semen nasional, serta dibawa keluar untuk kepentingan asing, maka dapat dipastikan ketahanan industri semen nasional berada di titik kritis. Hal itu akan berpengaruh negatif terhadap pembangunan nasional dan kebutuhan semen retail,” ungkapnya.
Sehingga persaingan bisnis semen bukan sekedar untung dan rugi saja, namun lebih dari itu adalah menjadi sebuah sarana ketahanan negara. Jika seluruh industri semen dikuasai asing, maka negara akan mudah dikendalikan asing dari sektor perekonomian dan pembangunan nasional. “Semua pihak berkepentingan harus bergerak satu hati untuk warning masalah ini,” harapnya. NAL