Dari Hobi Jadi Usaha Sampingan, Pendapatan Rp. 12 Juta Per-bulan

TUBAN

SUKSES : Dengan telaten, ulet dan sabar, kini usaha sampinganya berbuah manis
SUKSES : Dengan telaten, ulet dan sabar, kini usaha sampinganya berbuah manis

seputartuban.com – Burung cinta atau Agapornis dari bahasa Yunani disebut “agape” yang berarti “cinta” dan “ornis” yang berarti “burung”.

Dengan ukuran kecil, antara 13 sampai 17 cm. Dengan berat 40 hingga 60 gram, dan bersifat sosial. Dan memiliki 101 jenis warna yang berbeda, dan harga yang variatif. Mulai ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah per-ekornya.

Asal burung cinta ini diantaranya dari Afrika, Madagaskar. Dan memiliki sifat monogami, mereka sering terlihat duduk berdampingan dan terkesan saling menyayangi. Jika belum berjodoh, meski jantan dan betina dijadikan satu kandang, belum tentu dapat berkembang biak. Karena membutuhkan chemistry.

Singgih Sujianto, warga Jalan Gajah Mada, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban, berhasil beternak Lovebird. Dan saat ini pendapatan dari pekerjaan sampinganya ini sudah mencapai Rp. 12 juta per-bulan.

IKHLAS : Bagaikan memiliki keluarga baru
IKHLAS : Bagaikan memiliki keluarga baru

Bapak 2 anak ini mengawali usaha ternaknya sejak 2004 silam. Saat itu dirinya hanya sekedar penghobi, dan memiliki 2 ekor yang dibelinya seharga masing-masing Rp. 400 ribu. Kemudian sejak 2006, usaha ternak lovebird mulai ditekuni. Dengan memiliki 4 pasang indukan. Dari hasil jual peranakan itu, hasilnya dibelikan indukan untuk menambah usahanya.

Dan pada Minggu (14/04/2013), saat seputartuban.com berkunjung kerumahnya, sudah terdapat 20 pasang indukan. Dengan ditempatkan di 18 kandang, dengan ukuran masing-masing 70 Cm X 70 Cm. Serta sebuah kandang besar yang dipasang disamping rumahnya. Jika dirupiahkan, aset indukanya saat ini sudah mencapai lebih dari Rp. 130 juta. Karena se-ekor indukan, saat ini sudah dihargai Rp. 6 juta sampai Rp. 7 juta.

Serta saat ini, terdapat 27 anakan Lovebird yang beberapa hari lagi siap jual. Yakni jenis Lutino 2 ekor dengan harga jual masing-masing Rp. 2.250.000. Pastel kuning 14 ekor dengan harga per-ekornya Rp. 1.500.000. Pastel hijau 9 ekor dengan harga Rp. 850.000 per-ekornya. Pastel putih dan violet dengan harga masing-masing Rp. 1.200.000 dan 2.000.000. Sehingga total nilai jual seluruhnya mencapai Rp. 36.350.000.

PROSPEK : Singgih Sujianto menunjukkan jenis lovebird
PROSPEK : Singgih Sujianto menunjukkan jenis lovebird

Jumlah dihitung sejak indukan bertelor,sampai 45 hari setelah telor menetas selama 3 bulan. Sehingga pendapatan rata-rata bulanan dari ternak burung cinta, Singgih mampu mendapatkan penghasilan Rp. 12 juta.

Sedangkan biaya perawatan dalam sebulan dirinya hanya menghabiskan sekitar Rp. 600 ribu. Yakni untuk membeli Kenariset (makanan pokok), vitamine dan antisepthik untuk penyemprot kandang serta jagung muda.

“saya dalam sehari hanya membutuhkan waktu 20 menit saja untuk merawat burung. Saat habis shubuh itu saja, setelah itu sehari semalam ya dibiarkan. Baru paginya lagi kandang dibuka. Karena kalau sering dilihat, lovebird bisa stress. Dan memang sudah saya anggap sebagai keluarga baru saya. Memang kalau merawat harus dengan ikhlas, sabar dan menyayanginya,” ungkap Singgih.

Memang tidak mudah mengembangbiakkan Lovebird, hal ini juga sempat dialaminya. Karena untuk membuat indukan tidak mudah. Karena pejantan dan betina harus berjodoh. Karena jika tidak, dapat saling membunuh. Bahkan sepertinya sudah berjodoh, tapi sesama jenis.

“susah-susah gampang, karena harus klop indukanya. Kalau tidak klop, atau salah satu birahi sedangkan pasanganya tidak mau bisa saling membunuh. Ada juga yang berjodoh tapi sesama jenis pejantan, tidak akan jadi telur. Terus berjodoh sesama betina, bisa jadi telur tapi tidak menetas,” tuturnya.

BERKEMBANG : Sepasang indukan Lovebird Pastel Kuning dan Pastel Putih
BERKEMBANG : Sepasang indukan Lovebird Pastel Kuning dan Pastel Putih

Tantangan lain adalah, Lovebird merupakan burung yang rawan kesehatanya. Mulai dari hawa dingin, hingga penyakit lain yang muda menyerang. “kalau hujan atau malam, kandangnya ditutup. Dan yang rentan itu saat anakan usai menetas sampai 2 minggu. Dan rawanya lagi, kalau pejantanya birahi, maka betinanya bisa stress dan anaknya tidak diberi makan, bisa mati,” tuturnya.

Kedepan, berharap Singgih dapat membesarkan usahanya. Dengan membuat kandang besar, agar dapat menjodohkan banyak pejantan dan betina. Untuk dikembang biakkan. “kalau selama ini saya beli yang sudah jodo saja, itupun kadang masih tidak cocok. Kalau punya kandang besar, burung dilepas dia akan mencari jodohnya sendiri. Dan kelihatanya pangsa pasar masih tetap bertahan. Karena sudah ada patokan harganya, dan itu sudah bertahun-tahun lalu,” imbuhnya.

Saat ini pembeli datang dari berbagai kalangan. Mulai untuk keperluan melatih kicau burung aduan. Para penghobi lovebird hingga para pengadu lovebird. Dan banyak yang ditolak, karena jumlah peranakan tidak mencukupi permintaan konsumenya. (nal)

Print Friendly, PDF & Email

1 komentar

Komentar ditutup.