Catatan Hari Jadi Tuban 725, Banyaknya Dana Tidak Sebanding Peningkatan IPM

Sutarno dalam sebuah kesempatan

seputartuban.com, TUBAN – Pendidikan merupakan komponen utama atau suatu indikator sebuah daerah dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Semakin baik pendidikan yang difasilitasi dan diberikan oleh suatu daerah kepada warga atau rakyatnya, maka semakin baik pula kualitas SDM dari sebuah daerah.
Namun hingga saat ini pendidikan di kabupaten Tuban masih perlu adanya pembenahan dan perhatian khusus. Hal itu dapat diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukkan, masih banyak tugas pemerintah dalam hal pendidikan. Meski sudah milyaran rupiah yang dialokasikan untuk dana pendidikan, nampaknya belum dapat meningkatkan kualitas SDM secara signifikan.
Sutarno, Kepala Bidang (Kabid) SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban, memiliki analisa tentang pernyataan diatas tertuang dalam karya tulis yang dipakai dalam asesment belum lama ini. IPM di Kabupaten Tuban seharusnya menjadi alat ukur aspek dalam penentuan program bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan masyarakat. “Saya kira pemerintah bukan hanya menambahkan fasilitas dalam pembangunan saja. Akan tetapi juga perlu adanya trobosan – trobosan dalam hal pendidikan,” ungkapnya.
Dari data capaian IPM Kabupaten Tuban, tahun 2013 sampai 2017 untuk rata-rata lama sekolah (RLS) masyarakat Tuban baru mencapai 6,48 persen. Hal itu masih jauh dari wajar pendidikan dasar (Dikdas) 9 tahun, dan dalam lima Tahun hanya naik 0,34 persen. Sedangkan angka harapan sekolah hanya 12,18 persen, dan selama lima tahun hanya naik 1,05 persen.
Hal itu membuktikan bahwa indeks pembangunan pendidikan di Kabupaten Tuban perlu ada perhatian khusus alias belum berhasil. “Bagaimanakah mewujudkan aksibilitas dan mutu pendidikan yang profesional, sehingga dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Tuban,” imbuhnya.
Upaya Pemkab Tuban untuk menaikkan RLS dan harapan lama sekolah (HLS) melalui kebijakan, agar terwujudnya Kabupaten Tuban yang sesuai dengan visi dan misi pimpinan Kabupaten Tuban. Diantaranya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang merata dan berkeadilan, peningkatan kualitas sumber daya manusia yang merata dan berkeadilan. Serta dapat mempercepat dan memperluas penangulangan masalah sosial.
Pembanguna IPM juga dilakukan melalui peningkatan kualitas gizi, derajat kesehatan dan mutu pendidikan masyarakat yang merata dan seimbang. Serta sasaran Program jangka Menengah (PJM), agar meningkatnya keterjakauan (AKSESIBEL) pendidikan dasar dan meningkatnya kualitas atau kompetensi pendidikan.
Selama ini Pemkab Tuban untuk menaikkan RLS Berbentuk Dana Hibah (BANSOS). Bantuan operasional sekolah Daerah (BOSDA) yang di berikan sejak 2009 kepada SD/MI ,SMP/ MTs, Pada tahun 2015 cukup fantastis yakni Rp. 11.289.044.000 dan untuk tahun 2016 sebanyak Rp. 5.512.800.000. Sedangkan Bantuan Sosial (BANSOS) Untuk SMA/ SMK,MA Swasta dan MA Negeri selama 3 tahun terakhir, tahun 2015 senilai Rp 7.164.000.000, tahun 2016 Rp. 7.164.000.000 dan tahun 2017 Rp. 6.571.200.000.
Selain itu, BANSOS untuk yayasan pendidikan selama 5 tahun terkhir mulai 2014 sampai 2018 mencapai angka yang juga cukup besar. Tahun 2014 Rp. 5.085.800.000, tahun 2015 Rp. 3.025.000.000, di tahun 2016 Rp. 3.510.000.000. Sedangkan tahun 2017 Rp. 4.725.000.000, tahun 2018 Rp. 3.625.000.000. Namun dengan banyaknya bantuan yang diberikan hingga saat ini belum dapat menaikkan angka RLS dan HLS secara signifikan.
Sedangkan dari Badan Pusat statistik (BPS) Kabupaten Tuban yang di rilis melalui website resmi pemkabTuban, https.//tubankab.bps.co.id, secara persentase angka pengangguran terbuka terbanyak justru dari tamatan Diploma atau Akademi sebanyak 13,4 persen. Padahal arah dari pendidikan diploma dan akademi adalah mencetak tenaga ahli terapan.
Tamatan SMA sebesar 9,5 persen, tamatan SMK 6,6 persen. Untuk jumlah pengangguran di Kabupaten Tuban sebanyak 22.198 orang. Secara persentase pengangguran dari jumlah tenaga kerja produktif 3,4 persen. “Tingginya angka pengangguran terbuka menunjukkan rendahnya mutu atau kualitas pendidikan dan pembelajaran kurang bermakna,” pungkasnya. RHOFIK SUSYANTO

Print Friendly, PDF & Email