Berkah Ramadhan Bagi Penjual Ikan Panggang

TUBAN

MAKIN LARIS : Pembeli ikan panggang saat puasa makin meningkat dibanding hari biasa
MAKIN LARIS : Pembeli ikan panggang saat puasa makin meningkat dibanding hari biasa

seputartuban.com – Menurunya pendapatan nelayan karena angin kencang, mengharuskan para wanita di Kelurahan Kingking, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban bekerja ekstra untuk menambah pendapatan. Salah satunya dengan mengolah ikan hasil tangkapan suaminya menjadi ikan asap (panggang).

Ramadhan kali ini menjadi momen yang tepat ibu-ibu nelayan ini. Ikan basah hasil tangkapan diolah dengan cara diasapkan atau dipanggang. Di trotoar kelurahan setempat, mereka mengolah ikan segar menjadi ikan panggang siap jual.

Berbekal kayu dan kulit kelapa (bathok) sebagai perapian. Kepulan asap bisa menjadikan ikan segar itu nampak kecoklatan. Aroma khas yang keluar dari ikan membuat daya tarik tersendiri bagi pengguna jalan yang melintas.

Trotoar dengan keramik “disulap” menjadi pasar ikan asap dadakan. Usai dipanggang, ikan kemudian dipajang dalam anyaman bambu welit. Mulai ikan Tongkol, Tuna, Dorang, hingga kakap siap jual.

Harganya relatif lebih mahal dari ikan segar. Satu ikan tongkol asap berat 500 gram dihargai Rp. 40 ribu, lebih mahal dari sebelumnya yang hanya Rp. 20 ribu. Sama untuk ikan Dorang dan Tuna, dijual sekitar Rp 30 ribu – Rp 40 ribu.

Ma’rufah (31) salah satu pembuat ikan asap warga setempat, Minggu (29/6/2014) meceritakan tradisi jualan ini saat puasa. Cuaca laut yang tidak berkawan menambah alasan para penyaji ikan asap ini untuk berdagang.

Tidak mudah memang membuatnya. Ikan terlebih dahulu harus ditusuk dengan bambu dibagian tengah sebagai tangkai. Selain untuk  memudahkan dalam proses pengasapan. Cara mengasapnya juga tidak serta merta ditaruh diatas bara api. Melainkan, hanya dipanggang diatas kepulan asap yang didapat dari kayu dan bathok kelapa. “Sepi dan tidak ada yang melaut musim laut ombak besar. Kalau ikan dipanggang harganya bisa mahal sedikit. Lumayan bisa menambah uang. “ Katanya dalam bahasa jawa.

Senada disampaikan Mbah Minah (66), nenek itu sudah hampir 20 tahun berjualan dilokasi ini. Awalnya hanya segelintir orang yang berjualan, sekarang sudah menjamur. Meski tidak terlalu banyak penghasilan, hasil jual ikan panggang ini cukup  untuk membelikan baju untuk keluarga. “Setiap hari justru saya juga jualan. Kalau puasa malah ramai, karena yang mau masak sore beli disini,“ ungkapnya. HANAFI

Print Friendly, PDF & Email