43 Desa Di Kabupaten Tuban Terancam Kekeringan

TUBAN

LANGGANAN SUSAH : Ketika kekeringan melanda, warga sudah terbiasa bersusah payah mencari air bersih.
LANGGANAN SUSAH : Ketika kekeringan melanda, warga sudah terbiasa bersusah payah mencari air bersih.

seputartuban.com – 43 desa dan 22 dusun tersebar di 7 Kecamatan di Kabupaten Tuban terancam kekeringan. Hal ini sudah menjadi langganan tiap musim kemarau melanda. Karena kawasan tersebut merukan daerah tadah hujan.

Untuk mengantasi hal ini, Pemerintah Kabupaten Tuban melalui Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) menganggarkan Rp. 50 juta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kab. Tuban 2014 untuk penanggulangan bencana kekeringan ini. Dengan bantuan air bersih yang dikirim melalui mobil tangki.

Kepala BPBD Pemkab Tuban, Joko Ludiono, Kamis (28/08/2014) mengatakan saat ini pihaknya sudah menyalurkan bantuan air bersih kepada desa yang mengalami kekeringan. Namun bantuan ini dapat diberikan setelah adanya laporan dari Pemerintah Kecamatan.

“Hingga saat ini kita sudah berikan bantuan air bersih di 4 kecamatan, yaitu Grabagan, Semanding, Senori dan Parengan. Namun untuk parengan bantuan air bersih akan diberikan oleh UPT Pengairan Propinsi yang ada di Bojonegoro. Saat ini kita sedang memberikan bantuan di desa Sidorejo dan Nggading, Kecamatan Senori,” jelas Joko.

Droping melaksanakan droping air ini, BPBD menyiapkan 4 unit mobil tangki. Dengan ketersediaan air bersih yang sudah disiapkan sesuai anggaran, sebanyak 706 angkut, atau sekitar 1.765.000 liter air bersih.

Upaya lain yang ditempuh dengan mengoptimalkan HIPPAM di desa yang memiliki cukup sumber air. “Bila nanti armada yang ada masih kurang kita akan pinjam di instansi yang memiliki mobil tangki untuk memberikan air bersih terhadap masyarakat yang benar-benar membutuhkan,” sambungnya.

Pemerintah Kabupaten Tuban manergetkan 2015 bebas kekeringan, dengan upaya yang sudah dilakukan dengan melakukan uji geologi tiap desa atau daerah yang berpotensi memiliki sumber air. Setelah dianggap ada sumber air akan dilakukan pengeboran sehingga dapat mengurangi kekeringan.

Sementara itu, musim kemarau ini diperkirakan akan terjadi sampai Oktober mendatang. Hal ini disebabkan karena waktu musim kemarau makin panjang karena adanya perubahan arah angin.

“Kita juga melakukan inventarisasi terhadap daerah-daerah kering yang berpotensi memiliki sumber air, dan nantinya akan kita ajukan ke Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Pusat. Sebab anggaran yang ada ditingkat daerah tidak cukup untuk melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana pengeboran air bersih. Anggaran untuk pengeboran air bersih itu minimal 1 milyar,” tegas Joko Ludiono. MUHLISHIN

Print Friendly, PDF & Email